BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menegakkan salat merupakan rukun Islam kedua. Selain itu salat juga merupakan ruh agama dalam Islam, sehingga nabi Muhammad bersabda :
الصلاة عماد الدين فمن اقامها فقد اقام الدين ومن تركها فقد هدم الدين
“Salat adalah tiang agama, barang siapa yang menegakkan salat berarti telah menegakkan agama Islam dan barang siapa yang meninggalkannya berarati telah menghancurkan agama”.
Namun kesadaran salat bagi kaum muslimin masih sangat rendah sehingga banyak kita melihat orang yang mengaku dirinya Islam namun enggan melakukan salat. Padahal salat merupakan benteng moral bagi kaum muslimin. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
واقم الصلاة ان الصلاة تنهى عن الفخشاء والمنكر. سورة العنكبوت : 45
Artinya : Dan dirikanlah salat, sesungguhnya salat itu mencegah perbuatan keji dan munkar. (QS. Al Ankabut : 45)
Ibadah salat tidak dapat dilakukan begitu saja, melainkan harus dipelajari tatacara dan praktiknya sebagaimana yang telah Rasulllah contohkan. Rasulullah memerintahkan kepada orang tua agar mendidik anak-anaknya salat sejak dini :
مرواالصبي بالصلاة اذا بلغ سبع سنين واذا بلغ عشر سنين فاضربوه هليها . رواه الترميذي
Artinya : Suruhlah anaka-anak itu salat jika telah sampai tujuh tahun, dan jika telah sampai sepuluh tahun hendaklah kamu pukul jika meninggalkan salat. (HR. At Tirmizi)
Hadis di atas mengingatkan kepada orang tua agar mendidik putra/putrinya salat sejak berumur 7 tahun, dan harus bersikap tegas terhadap anaknya yang sudah berumur 10 tahun belum mau melakukan salat, bahkan kalau perlu memukulnya. Ini agar jangan sampai anak yang sudah memasuki akil balig belum mampu dan mau salat, karena banginya telah bertanggung jawab penuh atas amalnya sendiri.
Guru sebagai orang tua di sekolah juga berkewajiban mendidik siswanya salat sejak umur tujuh tahun. Hal ini telah diakomodasi dalam kurikulum KTSP tahun 2006 dimana salat diajarkan sejak kelas II sampai kelas IV SD. Setalah kelas V secara formal tidak diajarkan lagi tatacara salat.
Peneliti pada akhir tahun ajaran 2009/2010 pernah melakukan penelitian terhadap siswa kelas V yang akan naik ke kelas VI ternyata diperoleh hasil masih ada 30 (40%) dari 85 siswa kelas V anak yang belum mampu salat dengan benar. Penyebab utamanya adalah anak lebih patuh dan percaya terhadap gurunya dari pada kepada kedua orang tuanya sendiri, sehingga apa kata gurunya anak mematuhinya. Sedangkan intensitas pertemuan guru dan muiridnya lebih terbatas dibanding dengan orang tuanya di rumah. Untuk memaksimalkan pembelajaran salat di sekolah pada awal tahun pelajaran 2010/2011 penulis mencoba melakukan bimbingan salat terhadap siswa kelas IV SDN Muktiharjo Kidul 01 dengan bekerjasama dengan orang tua walimurid.
B. Permasalahan
Dari uraian di atas terdapat beberapa permasalah yang harus segera ditindaklanjuti oleh semua pihak agar semua siswa SDN Muktiharjo Kidul yang beragama Islam mampu dan mau melaksanakan salat dengan baik dan benar. Permasalahan tersenut yaitu :
1. Mengapa masih banyak siswa kelas V dan VI yang belum bisa salat ?
2. Apakah dengan kolaborasi bimbingan antar guru dan orang tua dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan salat anak ?
C. Pembatasan Masalah
Agar Penelitian ini lebih terfokus perlu adanya pembatasan masalah dengan hanya menggunakan dua variabel, yaitu variabel terikat dalam hal ini hasil belajar siswa kelas IVA Semester 1 SDN Muktiharjo Kidul 01 Pedurungan Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan mengambil materi Tatacara Salat Wajib Lima waktu.
Sedangkan sebagai variabel bebasnya adalah kolaborasi antara guru dan walimurid dalam membimbing salat siswa kelas IVA SDN Muktiharjo Kidul 01 Semester I tahun Pelajaran 2010 / 2011
D. Rumusan Masalah
Untuk mengatasi rendahnya keberhasilan pembelajaran salat yang selama ini dilakukan, peneliti mengajukan solusi “ Apakah dengan konsistesi kolaborasi antara guru dan walimurid dalam membimbing salat siswa dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan salat siswa IVA SDN Muktiharjo Kidul 01 Semester I tahun Pelajaran 2010 / 2011 ?”
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dalam penelitian ini, meningkatkan kesadaran kaum muslimin untuk menjadikan salat sebagai kewajiban dan kebutuhan hidup
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini, untuk mengetahui efektifitas pembelajaran salat di sekolah yang selama ini dilakukan dan selanjutnya melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemauan salat siswa kelas IVA Semester 1 SDN Muktiharjo Kidul 01 Pedurungan Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011 melalui konsistensi bimbingan salat secara kolaboratif antara guru dan walimurid
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Mendapatkan pengetahuan tentang tatacara salat yang benar sesuai dengan ajaran Islam bagi siswa kelas IVA Semester I SDN Muktiharjo Kidul 01 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011
b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Dengan adanya kolaborasi antar guru dan walimurid dalam membimbing siswa dalam pembelajaran salat, maka akan diperoleh manfaat :
a. Manfaat bagi siswa
1) Dapat melakukan salat dengan benar
2) Meningkatkan kesadaran bahwa salat merupakan suatu kewajiban dan kebutuhan bagi siswa
3) Meningkatkan motivasi belajar agama lebih lanjut
b. Manfaat bagi guru
1) Beban guru lebih ringan karena telah dibantu oleh orang tua di rumah
2) Guru dapat mengetahui tingkat keberagamaan keluarga siswa di rumah
3) Guru dapat melakukan pendekatan secara tepat terhadap siswa
4) Terjalin komunikasi antara guru dan wali murid
c. Manfaat bagi Orangtua / Walimurid
1) Dapat mengetahui dengan benar perkembangan dan kemampuan putra/putrinya
2) Menyadarkan bahwa kewajiban membimbing salat sepenuhnya adalah orang tua
3) Terjadi komunikasi antara anak dan orang tua
d. Manfaat bagi sekolah
1) Menyadarkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah, masyarakat dan keluarga
2) Akan tercipta suasana sekolah yang kondusif, harmonis dan agamis
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESA
A. Kajian Teori
1. Konsistensi Bimbingan Siswa
Konsistensi menurut kamus Besar bahasa Indonesia artinya “ tidak berubah ubah/ketetapan dan kemantapan dalam bertindak” (KBBI ,2005: 589)
Bimbingan artinya “petunjuk cara mengerjakan sesuatu/tuntunan” (KBBI,2005: 152) Membimbing merupakan tugas utama seorang guru, yaitu membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. (Moh Uzer Usman, 1992: 16)
Siswa atau murid yaitu orang(anak) yang sedang berguru/belajar/bersekolah (KBBI,2005:765) sedangkan belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan antar individu dengan lungkungannya.Kriteria keberhasilan dalam belajar yaitu ditandai dengan adanya terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.
Pendidikan merupakan pembimbingan seseorang kearah dewasa, baik secara biologis,baik secara ekonomis, baik secara sosiologis. Seseorang yang dewasa harus mempunyai skill life atau kecakapan hidup sehingga dia tidak menjadi beban bagi orang lain, Dia harus mempunyai kepribadian yang mandiri sehingga setiap tantangan, rintangan dan persoalan hidup dapat menerima dengan tenang, kemudian menghadapi dengan cermat, dan mengatasi serta memecahkannya dengan bijaksana. ( Moh Uzer Usman, 1992 : 2)
Dalam membimbing anak agar mampu dan mau melaksanakan salat dengan benar Rasulullah telah memerintahkan “didikalah anak-anakmu salat sejak berumur 7 tahun, dan pukullah setelah 10 tahun”. Perintah Rasulullah ini memiliki maksud agar dalam mendidik anak tidak secara instant, melainkan bertahap, kontinyu dan konsisten dari umur 7 tahun. Usia 7 tahun bagi anak merupakan golden age dimana anak memiliki kepekaan untuk meniru dan mencontoh apa yang ia lihat dan dengar. Maka apabila dibimbing salat secara konsisten selama 3 tahun insya allah anak akan dapat salat dengan baik dan benar dan mau melaksanakannya dengan penuh kesadaran. Namun apabila sudah dibimbing lebih dari 3 tahun perlu adanya evaluasi dan refleksi untuk melakukan tindakan yang lebih tegas, kalau perlu dipaksa bahkan memukulnya sehingga jangan sampai anak belum mampu dan mau salat saat memasuku masa akil balig. Karena setelah balig anak sudah harus bertanggung jawab sendiri atas amal ibadahnya.
Kalau sampai ada anak muslim yang tidak salat, pada hakekatnya adalah kesalahan sang pendidik sebagaimana yang dikatakan Rasulullah SAW “ setiap anak lahir dalam keadaan suci, maka sebenarnya kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak itu apakah menjadi Yahudi, atau nasrani atau majusi “
Jadi konsistensi bimbingan siswa, yaitu bimbingan kepada siswa secara terus menerus sesuai dengan aturan yang benar sehingga tercapai tujuan belajar siswa
2. Kolaborasi antara Guru dan Walimurid
a. Kolaborasi
Kolaborasi artinya melakukan kerjasama Menurut undang-undang pendidikan, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan sekolah. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama yang harmonis antara ketiganya untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas.
Dalam hal pembelajaran salat juga harus ada kerja sama yang baik antara guru dan orang tua. Oleh karena itu disini perlu dibahas peran orang tua dan guru dalam pendiidikan
b. Orangtua / walimurid
Orang tua adalah orang yang melahirkan, sedangkan walimurid adalah orang yang menjamin dan bertanggung jawab terhadap anak di sekolahnya. (KBBI, 2005:1267)
Orang tua memegang peranan yang paling penting dalam pendidikan di lingkungan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan atau kepanjangan tangan dari orang tua. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
Menurut Drs.H. Fuad Ihsan, tugas dan tanggung jwab orang tua di keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, latihan ketrampilan, dan pendidikan kesosialan. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusis dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan ini serta cara pendidikan dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh kembangnya watak, budi pekerti serta kepribadiantiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima di dalam keluarga inilah yang kan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah (Fuad Ihsan, 1995 : 570
c. Guru
Guru merupakan kepanjangan tangan dari orang tua untuk melakukan salah satu tugasnya yaitu mendidik anak. Oleh karena itu guru mempunyai skill life atau kecakapan hidup sehingga dia tidak menjadi beban bagi orang lain, Dia harus mempunyai kepribadian yang mandiri sehingga setiap tantangan, rintangan dan persoalan hidup dapat menerima dengan tenang, kemudian menghadapi dengan cermat, dan mengatasi serta memecahkannya dengan bijaksana.
Hakikat belajar mengajar: menurut Abu Ahmadi hakikat mengajar itu ada beberapa jenis:
1) menanamakan pengatahuan kepada anak,
2) menyampaikan pengetahuan dan kebudayaan kepada anak,
3) suatu aktivitas mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi prases belajar.
Guru sebagai salah satu sumber belajar.Guru yang membimbing harus orang kompeten, pendidik yang kompeten adalah guru yang mempunyai kesadaran kependidikan yang tinggi dan memenuhi syarat -syarat seorang guru yang baik.
Kesadaran kependidikan.Menurut J. Murry Lee dalam bukunya” Elementry Education to day and tomorrow, bahwa pada seorang guru sebagai anggota profesi hendaklah terdapat kesadaran profesi seabagai berikut:
1). Kesadaran pertama, adalah kesadaran pelayanan profesi mengemban tugas untuk kepentingan masyarakat. Kesadaran ini diterapkan dan tercermin dalam prilaku di Sekolah dan luar sekolah.
2). Kesadaran kedua, adalah kesadaran profesi guru menuntut kompetensi intelektual dan keterampilan profesi yang cukup tinggi, hal ini berarti adanya kesadaran untuk meniglkatkan harkat, martabat dan wibawa profesi.
3). Kesadaran ketiga, adalah kesadaran tentang jaminan terhadap masyarakat bahwa kita mampu untuk melaksanakan tugas mengajar dengan baik, berarti seorang guru mempunyai rasa percaya diri yang tinggi.
4). Kesadaran keeempat, adalah kesadaran untuk berorganisasi untuk kepentingan meningkatkan aktifitas dan pertumbuhan professional.
Syarat-syarat untuk menjadi guru yang baik.Untuk menjadi guru yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1). Ijazah guru. Seorang guru/pendidik haruslah mempunyai Ijazah guru, karena ijazah ini merupakan bukti otentik bahwa seseorang itu telah mempunyai dasar keguruan.
2). Sehat jasmani dan rohani.Pendidik haruslah sehat jasmaniyah dan rohaniyah yang dibuktikan dengan keterangan dokter. Hal ini penting sebab orang yang tidak sehat tidak mungkin melaksanakan tugasnya dengan baik dan teratur, apalagi tugas yang berat karena menyangkut masyarakat.
3). Mempunyai kepribadian yang baik.Pendidik merupakan contoh hidup( living example) bagi peserta didik, oleh sebab itu gurulah yang lebih dahulu menerapkan norma-norma yang terpuji yang tercermin dalam perbuatannya.
4). Memiliki rasa tanggungjawab,Pendidik haruslah orang yang bertanggungjawab dapat meninggalkan norma daerah dan kelompok untuk kepentingan nasional. Sehingga setiap permasalahan dapat dilihat dalam konteks yang luas.
Sikap dan sifat-sifat guru yang utama sebagai pendidik yang baik haruslah memiliki sikap mental dan sifat-sifat yag utama. Sikap dan sifat utama ini akan menjadikan seseorang itu mempunyai wibawa sehingga orang berkeinginan untuk mengikutinya. Sesuai dengan tugas Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia seabagai pendidik yang ulung, dengan sabdanya: “ sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia ( H.R Bukhari dan Muslim).Sikap dan sifat-sifat utama itu merupakan kunci kesuksesan seorang pendidik dalam menjalankan tugasnya. Sikap dan sipat itu antara lain:
1). Adil.Pendidik haruslah menerima muridnya secara adil, guru tidak membedakan murid yang pintar dengan yang bodoh, yang cakap dengan yang kurang cakap, sehingga murid merasa diperlakukan sama dan secara adil.
2). Percaya dan cinta kepada anak didik dalam arti yang positif.Pendidik haruslah mempercayai murid bahwa mereka mampu mandiri, Guru harus menyenangi murid dalam arti yang positif, sehigga kegiatan akan berjalan dengan penuh kedamaian. Guru harus mempunyai suatu keyakinan bahwa murid mempunyai kata hati yang cendrong kepada yang baik, tetapi kata hati murid masih lemah oleh sebab itu guru mengembangkan dan membimbingnya supaya mempunyai kepribadian mandiri.
3). Sabar dan rela berkorban.Pendidik haruslah mempunyai kesabaran yang tinggi, sebab seorang pendidik menghadapi manusia yang terdiri dari berbagai latar belakang kehidupan yang berbeda, kemauan yang beragam, watak dan kecendrongan yang berbeda pula. Karena orang yang sabar disayang Allah, sesuai dengan firmannya berbunyi: “ Sesungguhnya Allah Cinta orang yang sabar” ( Q.S. Al-Baqoroh 153).
4). Mempunyai kewibawaan terhadap murid.Kewibawaan adalah pengakuan murid terhadap kelebihan gurunya sehingga mereka terdorong untuk meniru dan mengikutinya dengan sukarela.
5). Guru harus cerah dan riang.Seorang guru harus cerah dan riang sehingga murid tidak terperangkap dengan perasaan yang tertekan. Mereka akan belajar sambil bermain untuk mencapai tujuan pendidikan.
6). Bersikap baik terhadap guru lainnya.Rekanan guru adalah merupakan kelompok pendidik yang saling mengisi dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Kalau dewan guru atau rekanan guru tidak sejalan dalam mendidik murid, sama halnya laksana dua orang yang satu membangun yang lainnya meruntuhkan, tak mungkinlah gedung akan berdiri. Demikian pulalah rekanan guru yang tak searah, menimbulkan masalah baru, yang akhirnya akan menghambat pencapaian tujuan.
7). Bersikap baik terhadap masyarakat.Masyarakat adalah partner guru dalam melaksanakan tugasnya. Tanpa kerjasama masyarakat dengan guru sulitlah untuk melaksanakan pendidikan dengan baik. Karena pada hakikatnya guru itu pengabdi dan pelayan masyarakat.
8). Guru harus menguasai materi yang diajarkan.Penguasaan bahan ajar merupakan keharusan bagi guru, karena tanpa penguasaan materi yang sempurna akan menimbulkan kehilangan wibawa seorang guru. Bila murid tahu kelemahan gurunya maka akan terjadilah suasana yang tidak serasi. Kalau hal ini terjadi berlarut-larut akan menimbulkan dampak negative pada hasil belajar murid.
9). Guru harus suka pada mata pelajarannya.Pendidik harus menyenangi pelajaran yang diajarkan, sehingga akan mudah mempersiapkan dan melaksanakan. Pelajaran yang disenangi akan berhasil lebih baik ketimbang pelajaran yang dibenci, karena pelajaran yang disenangi guru menjadikan proses belajar mengajar yang lebih hidup dan gembira.
10). Guru harus mempunhyai pengetahuan yang luas.Dalam masyarakat tertentu guru dianggap serba tahu segala hal, tempat bertanya kalau tak mengetahui, tempat mencari informasi dansebagainya. Kecewalah masyarakat bila guru panutannya mempunyai banyak kelemahan.
Azas didaktik Dalam Kegiatan belajar hendak memperhatikan pengajaran (azas didaktik) antara lain :
1) Harus ada pemusatan perhatian sehingga semua potensi yang ada pada diri peserta didik dapat berfungsi dengan maksimal.
2) Harus ada keaktifan peserta didik harus aktif dalam proses belajar mengajar, keaktifan itu menunjukan dalam jiwa siswa itu ada proses.
3) Kegiatan belajar mengajar itu harus ada bahan yang diragakan sehingga dapat dilihat oleh siswa,
4) Memperhatikan kemampuan peserta didik.
5) Korelasi dan konksentrasi,
6) Praktis dan efesien
Jadi yang dimaksud kolaborasi antara guru dan orang tua yaitu kerjasama antara guru dan orangtua untuk mengantarkan siswa mencapai tujuan.
3. Kemampuan dan Kemauan Salat Lima Waktu
a. Kemampuan dan Kemauan
Kemampuan yaitu kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melakukan sesuatu. (KBBI,2005:707). Seseorang bisa dikatakan mampu apabila dapat mengetahui, memahami dan mempraktekkannya sesuai dengan aturan yang benar secara teoritis.
Menurut Chaplin (1997,p.34), "ability ((kemampuan). kecakapan. ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan". "Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasiI latihan atau praktek''. (Robbins, 2000. p. 46)
Dan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan (abilty) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasiI latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya.
Lebih lanjut Robbins (2000, p. 46-48) menyatakan hahwa kemampuan terdiri dari dua faktor yaitu:
a. Kemampuan intelektual (Intelectual ability)
Merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental. Kemampuan ini merupakan kemampuan kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan
b. Kemampuan fisik (Physical ability)
Merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik. Kemampuan ini bersifat motorik yang berhubungan dengan praktik.
Kemauan artinya apa yang dimaui, keinginan, kehendak maksudnya yaitu mau melaksanakan sesuatu dengan penuh kesadaran tanpa harus dipaksa atau dipengaruhi. Abdullah Al Muzammi dalam artikelnya “ Kemauan” dalam Pengantar Psikologi Umum karya Prof. F.Patty, MA dkk , Kemauan ialah usaha aktif menuju pelaksanaan suatu tujuan. Pada umumnya tujuan yaitu titik akhir dari pada gerakan yang menuju kesuatu arah, tetapi tujuan kemauan adalah melaksankan suatu tujuan. Seperti tujuan yang wajar, saya ingin makan sebab saya lapar (tiap orang ingin makan bila lapar). Dan tujaun yang di tetapka secara eksplisit seperti : saya mau menjadi guru (tidak setiap orang mau menjadi guru, ada yang mau menjadi dokter ada juga yang mau menjadi insinyur. Jadi tujuan ekspelsit itu tujuan yang dimikiki seseorang yang orang lain belum tentu memiliki tujuan yang sama. Yang kedua aspek dari sebuah kemauan di persatukan dalam pengertian umum usaha. Teori psikologi kesadaran mengatakan bahwa titik berat suatu kemauan itu sendiri di buat oleh manusia itu sendiri. Sedangkan bila menitik beratkan aspek kewajaran, maka kita akan besandar pada teori kemauan biologis. Teori kemamuan biologi mengatakan kemauan sebagai akibat nafsu dan insting
Kemampuan dan kemauan inilah yang merupakan hasil belajar yang sebenarnya. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dalam tulisan ini, yang hendak dikemukakan adalah persoalan perbuatan yang disadari, karena perbuatan inilah yang terjadi secara jelas melalui proses tertentu di dalam jiwa dan berhubungan dengan pengungkapan diri. Perbuatan yang disadari, disebut juga dengan perbuatan bebas (ikhtiyaari), perbuatan semacam ini menurut Al Ghazaly terjadi setelah melalui tiga tahap peristiwa dalam diri manusia, yaitu pengetahuan, kemauan (al iradat) dan kemampuan (al qudrat).
Yang lebih dekat diantara ketiga tahap itu dengan wujud perbuatan adalah al qudrat. Al qudrat adalah daya penggerak dari jiwa sensitive yaitu makna yang tersimpan dalam otot-otot. Ia adalah momen terakhir yang secara langsung berhubungann dengan wujud perbuatan. Fungsi al qudrat pada dasarnya ialah menggerakkan tubuh. Bentuk gerakan tubuh ditentukan oleh kemauan atau iradat. Berdasarkan salah satu kecenderungan yang inheren didalamnya: positif atau negatif. Positif sebagai reaksi terhadap yang menguntungkan dan negatif sebagai reaksi terhadap hal yang merugikan.
Dengan pengertian ini, semestinya pada al iradat terdapat kegiatan memilih. Al iradat (kemauan) mempunyai intensitas kepada proses sesudahnya al qudrat. Artinya ia bersifat aktif terhadap al qudrat, sehingga yang disebut terakhir ini menjadi aktual, tidak sekedar potensi. Al iradat tidak mempunyai intesitas kepada proses sebelumnya, yaitu pengetahuan, sebagaimana al qudrat tidak mempunyai intensitas kepada iradat. Al qudrat hanya mempunyai intensitas kepada wujud perbuatan. Berbeda dengan al qudrat, al iradat mempunyai "kekuasaan" yang lebih besar karena ia tidak menerima perintah dari daya sebelumnya, ia mempunyai inisiatif memilih, al iradat menentukan pilihannya berdasarkan pengetahuan.
Dalam tulisan ini, yang hendak dikemukakan adalah persoalan perbuatan yang disadari, karena perbuatan inilah yang terjadi secara jelas melalui proses tertentu di dalam jiwa dan berhubungan dengan pengungkapan diri. Perbuatan yang disadari, disebut juga dengan perbuatan bebas (ikhtiyaari), perbuatan semacam ini menurut Al Ghazaly terjadi setelah melalui tiga tahap peristiwa dalam diri manusia, yaitu pengetahuan, kemauan (al iradat) dan kemampuan (al qudrat). (Abu Sungkan, 2000, Berguru Kepada Allah, Majlis Dzikrullah)
b. Salat Wajib Lima Waktu
Asal makna salat yaitu do’a, menurut fiqh yaitu ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram, disudahi dengan salam dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan. (Sulaiman Rasyid, 2006: 53) Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, salat adalah rukun Islam kedua berupa ibadah kepada Allah wajib dilakukan oleh setiap muslim mukallaf, dengan syarat, rukun, dan becaan tertentu dimulai dengan takbiratul ihram diakhiri dengan salam (KBBI,2005: 983)
Tatacara salat yang benar, adalah tatacara salat yang telah dicontohkan oleh Rasululla “ salatlah kamu sekalian, sebagaimana kamu melihat aku salat” Salat hendaklah dilakukan dengan khusyu’ yaitu sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi. Firman Allah : “ berbahagilah orang-orang mukmin, mereka itu yang salatnya khusyu’…” Salat yang diwajibkan bagi umat Islam adalah salat lima waktu yaitu salat Subuh, Zuhur, Asar, Magrib dan Isya’
Sebaliknya orang yang mengaku dirinya muslim tapi tidak salat itu sama halnya dengan orang kafir. Sabda nabi : “Perjanjian yang merupakan perbedaan dengan orang kafir adalah mengerjakan salat. Maka barang siapa yang meninggalkan salat ia adalah kafir”. Bahkan orang yang membiarkan keluarganya meninggalkan salat termasuk orang yang meremehkan agama Allah. Apabila ada anggota keluarga yang telah diingatkan namun tetap tidak mau salat maka harus kita keluarkan dari anggota keluarga kita dan harus dijauhi. Ia adalah setan yang berubah tubuh menjelma menjadi manusia. ( Imam Abdulloh Ba’lawi al Hadad,Trj.Moh Abdai Rathomy, 1981 :391)
Sholat adalah tiangnya agama Islam, sholat merupakan amal yang pertama kali dipertanggungjawabkan nanti di hari kiamat, bila sholatnya baik maka amal yang lain jadi baik, jika sholatnya rusak maka amal yang yang lain jadi tercemar. Sholat dicanangkan oleh Allah SWT untuk membentuk kepribadian seorang muslim yang tangguh, dalam sholat Allah mengajarkan hidup disiplin, hidup sabar,bermasyarakat, mengajarkan hidup sehat, hidup bersih lahir dan batin, menahan diri dan pengendalian diri, berkomunikasi dengan Khaliknya.
Jadi yang dimaksud kemempuan dan kemauan salat disini adalah anak mengetahui tatacara dan mampu melaksanakan salat dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah serta mau melaksanakannya setiap hari dengan penuh kesadaran.
B. Kerangka Berfikir
Kondisi awal guru belum menerapkan bimbingan salat siswa dengan kolaborasi antara guru dan orang tua walimurid. Pembelajaran salat dilakukan dari kelas II sampai kelas IV dilakukan sesuai dengan acuan kurikulum KTSP dan ditambah dengan pembiasaan membaca bacaan salat sebelum pelajaran agama Islam dimulai. Namun hasilnya kurang maksimal karena setelah dicek secara cermat dengan menggunakan cek point kompetensi salat masih banyak siswa kelas IV yang belum lulus salatnya Semester I tahun Pelajaran 2010/2011. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti mengadakan bimbingan secara kolaboratif dengan orang tua walimurid secara terus menerus sehingga anak kelas IV A benar-benar mampu dan mau melaksanakan salat 5 waktu dengan penuh kesadaran.
C. Pengajuan hipotesa
Dari kerangka berfikir peneliti mangajukan hipotesa “ apakah dengan adanya konsistensi bimbingan dengan model kolaborasi antara guru dan orang tua walid dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan salat siswa kelas IVA SDN Muktiharjo Kidul 01 semester I tahun pelajaran2010/2011 ?
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas IVA SDN Muktioharjo Kidul 01 yang berjumlah 38 anak terdiri dari 2 siswa beragama Kristen dan 36 beragama Islam dan 19 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki pada semester I tahun pelajaran 2010/2011 di SDN Muktiharjo Kidul 01. Peneliti merencanakan waktu penelitian ini selam 2 bulan, yaitu bulan November dan Oktober 2010
B. Sumber Data
Sumber data penelitian diambil dari kartu bimbingan, angket dan hasil uji praktek salat siswa kelas IVA SDN Muktiharjo Kidul 01 semester I tahun pelajaran 2010/2011
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data kuantitatif dan kualitatif dalam konsistensi bimbingan secara kolaboratif antara guru dan orang tua/walimurid siswa diperlukan instrumen. Beberapa instrumen yang digunakan adalah:
1. Lembar observasi Proses belajar mengajar (PBM). Instrumen ini digunakan untuk memperoleh gambaran kondisi pemahaman siswa.
2. Lembar observasi tanya jawab. Lembar ini digunakan untuk merekam semua pertanyaan maupun jawaban yang dicatat guru.
3. Angket yang harus diisi oleh orang tua untuk mengetahui kualitas dan kuantitas salat anak di rumah
4. Learning log. Instrumen ini merupakan catatan refleksi dan kritis fenomena kelas dari siswa tentang keterlibatannya dalam proses pembelajaran.
5. Lembar hasil pencapaian kinerja guru. Instrumen ini berisi tentang catatan tahap demi tahap pencapaian kinerja guru dalam sikius I dan II.
6. Kartu bimbingan salat yang harus ditanda tangani oleh orang tua dan guru sebagai bukti adanya kolaborsi antara guru dan orang tua .
7. Cek poin kopetensi solat, sebagai media penilaian praktis salat siswa
D. Validasi Data
Validitas dan reabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan practical validity. Bentuk practical validity yang dipakai peneliti adalah face validity dan critical reflection.
E. Analisa Data
Untuk menganalisa data bentuk yang digunakan kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif menggunakan Analisis Diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1 dan nilai tes setelah siklus 2. Pembelajaran dapat dinyatakan berhasil dengan target ketuntasan 90% siswa mampu dan mau salat dengan benar dan penuh kesadaran dari seluruh siswa muslim kelas IV A yang berjumlah 37 siswa
Data kualitatif hasil pengamatan maupun wawancara menggunakan analisis diskriptif berdasarkan hasil observarsi dan refleksi dari tiap-tiap siklus
F. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas satu kali tatap muka. Setiap tatap muka melakukan kegiatan pembelajaran dari materi konsep/sub-konsep. Waktu yang diperlukan kurang lebih 3 jam pelajaran. Kegiatan-kegiatan dalam setiap tindakan meliputi perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan perenungan (reflecting).
Sikius I
Materi pelajaran pada siklus ini pokok bahasan Salat Wajib Lima Waktu. Media otentik yang dipakai demontrasi salat secara langsung. Langkah-langkah dalam siklus I adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan dalam siklus ini meliputi
a. Menyusun RPP dengan materi “Ketentuan Salat”,
b. Merancang pembelajaran praktik salat
c. Merancang kolaborasi antara guru dan walimurid
d. Membuat blanko bimbingan salat
e. Membuat soal uji praktik salat dalam bentuk penilaian cekpoint
f. Merancang lembar observasi
g. Membuat panduan wawancara dengan murid dan walimurid
2. Pelaksanaan (Acting)
Menghafalkan bacaan salat sudah dimulai sejak kelas II Semester I , dibaca sebagai pembiasaan setiap sebelum memulai pelajaran Agama Islam. Dalam penelitian ini, yang menjadi obyek penelitian Pelaksanaan KBM adalah materi Ketentuan salat wajib 5 waktu Kelas IV Semester I tahun 2010/2011. Pelaksanaannya meliputi :
a. Menjelaskan Ketentuan-ketentuan salat
b. Membagikan kartu bimbingan salat di rumah , walimurid membubuhkan paraf pada komtensi yang telah dikuasai anak
c. Guru menguji kompetensi yang telah diparaf oleh walimurid apabila telah benar guru membubuhkan paraf, apabila belum benar guru menugaskan lagi untuk mengulangi bimbingan dengan walimurid
d. Praktik salat bersama-sama dengan bimbingan guru di sekolah
e. Mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang ketentuan salat.
f. Uji praktik salat seca individual
g. Wawancara dengan walimurid
h. Membuat kesimpulan hasil belajar pada materi tersebut
3. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berasal dari :
a. observasi perilaku guru dan aktivitas siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar melalui lembar pengamatan.
b. Wawancara guru dengan murid dan walimurid
c. Kartu bimbingan salat
d. Hasil tes praktik salat
'Validasi hasil dilakukan dengan kuarted dari siswa, guru, guru mitra dan wali murid .
4. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan ini meliputi menganalisis data kuantitatif maupun kualitatif dari hasil observasi dengan instrumen yang telah ada. Hasil analisis digunakan untuk melihat hasil tindakan baik positif maupun negatif dan untuk menentukan tindak lanjut siklus berikutnya. Dari hasil penelitian pada siklus I , peneliti mengambil tindakan berupa perlunya kolaborasi antara guru dan walimurid secara intensif dalam membimbing salat siswa.
Sikius II
Kegiatan dalam siklus II meliputi:
1. Perencanaan ulang (Replaning)
a. Menyusun RPP dengan materi “Ketentuan Salat”,
b. Merancang pembelajaran praktik salat
c. Merancang kolaborasi antara guru dan walimurid
d. Membuat blanko bimbingan salat
e. Membuat soal uji praktik salat dalam bentuk penilaian cekpoint
f. Merancang lembar observasi
g. Membuat panduan wawancara dengan murid dan walimurid
2. Pelaksanaan (Acting)
a. Membagi kartu bimbingan
b. Pemanggil orang tua/walimurid bagi anak yang belum bisa salat sama sekali
a. Menjelaskan syarat, rukun, sunnah dan yang membatalkan salat
b. Praktik latihan salat bersama
c. Mengecek hasil bimbingan orang tua, yang sudah benar diparaf yang belum benar diulangi pertemuan berikutnya
d. Tes praktik salat individual
3. Pengumpulan Data (Observing)
Data yang dikumpulkan berasal dari :
a. observasi perilaku guru dan aktivitas siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar melalui lembar pengamatan.
b. Wawancara guru dengan murid dan walimurid
c. Kartu bimbingan salat
d. Hasil tes praktik salat
'Validasi hasil dilakukan dengan kuarted dari siswa, guru, ,guru mitra dan wali muri
4. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan ini digunakan untuk melihat hasil tindakan terhadap kekurangan yang terjadi pada siklus II dan untuk menentukan tindak lanjut pada siklus berikutnya.
Proses penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan pembelajaran yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain. Adapun bagan model dalam pelaksanaan siklus sebagai berikut:
JADWAL PENELITIAN
No KEGIATAN MINGGU KE……..
SIKLUS I SIKLUS II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Perencanaan √ √
2 Proses pembelajaran √ √ √
3 Evaluasi √ √
4 Pengumpulan Data √ √
5 Analisis Data √ √
6 Penyusunan Hasil √ √
7 Pelaporan Hasil √
Catatan : (Tabel : 1 )
Penelitian dimulai dari tanggal 16 Oktober 2010
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data Awal
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDN Muktiharjo Kidul 01 dengan materi “Ketentuan Salat” yang diajarkan dengan menggunakan metode demontrasi dan bimbingan kolaborasi antara guru dan wali murid bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kemauan salat siswa. Hasil penelitian ini diperoleh dari data awal pada saat observasi, tindakan kelas pada siklus I dan tindakan kelas siklus II. Hasil penelitian terdiri dari hasil tes (praktik dan tes tulis) dan non tes . Hasil tes tindakan siklus I dan tindakan siklus II yaitu berupa hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada materi “Ketentuan Salat” dengan menggunakan metode bimbingan kolaborasi antara guru dan walimurid. Hasil non tes berupa keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung baik di sekolah maupun di rumah yang diperoleh melalui lembar interview keaktifan siswa dan lembar observasi kinerja guru.
Pembelajaran salat sesuai dengan kurikulum KTSP dimulai sejak kelas II semester II sampai kelas IV semester I, oleh karena itu sebagai data awal para siklus, peneliti melakukan tes penjajagan dengan materi kelas II dan III sebagai dasar pijakan merumuskan Rencana Pembelajaran siklus I
Tabel 2 : Data pra siklus diambil dari hasil tes ulangan harian.
No Hasil Tes Pra Siklus Data
1 Nilai tertinggi 93.33
2 Nilai terendah 20
3 Nilai rata – rata kelas 52.43
4 Jumlah siswa tidak tuntas 24
5 Jumlah siswa tuntas 13
6 Persentasi ketuntasan belajar (%) 35%
Sumber : Data Hasil Penelitian 2010 ( Lampiran 1.)
Data pra siklus diambil dari hasil tes tes penjajagan sebelum melakukan KBM, berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai tertinggi 9.33 ,nilai terendah 20 nilai rata – rata kelas hanya mencapai 52.43 belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), sedangkan KKM untuk mata pelajaran Ppendidikan Agama Islam yaitu 70. Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 24 siswa atau 64.86% dan jumlah siswa yang tuntas belajar 13 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 35.14%.
2. Hasil Penelitian Siklus I
Penelitian yang dilaksanakan di kelas IVA SDN Muktiharjo Kidul 01 merupakan sebuah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan ini terdiri dari dua siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Siklus I dilaksanakan 3 x pertemuan ( 3 x 3 jam pelajaran x 30 menit) yaitu setiap hari Selasa tanggal 26 Oktober , 02 dan 09 November 2010.
Adapun kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran pada siklus I yang meliputi tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Sebelum melaksanakan pembelajaran pada siklus I peneliti bersama guru merencanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan penelitian yang telah disusun pada metode penelitian, yang meliputi penyususnan RPP, membuat media pembelajaran, penyusunan lembar interview dan lembar observasi kinerja guru dan penyusunan soal evaluasi tulis dan praktik. Penyusunan tes evaluasi tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan teori dan praktik salat. Soal tulis terdiri dari 20 soal isian dan soal praktik berbentuk cek point. Sedangkan untu mengetahui sejauh mana kemauan anak melaksankan salat diambil dari hasil interview
b. Tindakan (Acting)
Pertemuan pertama, tanggal 26 Oktober 2010, peneliti menyampaikan materi ketentuan salat secara teori dan praktik, dilanjutkan membagi kartu bimbingan salat di rumah dan lembar interview untuk diisi di rumah.
Pertemuan kedua, 02 November 2010, peneliti mengecek setiap siswa hasil bimbingan salat di rumah bila sudah bisa di paraf, bila belum bisa minta untuk diulangi bimbingan lagi di rumah sampai bisa. Siswa yang lain latihan soal di LKS pada bab Ketentuan Salat,
Pertemuan ketiga, 09 November 2010, uji kompetensi praktik dan tulis, hasilnya disampaikan kepada orang tua/ walimurid . bagi siswa yang hasilnya sangat kurang walimuridnya dipanggil untuk konsultasi pada hari Sabtu tanggal 13 November 2010.
c. Pengamatan (Observing)
Tahapan pengamatan, peneliti mengamati proses pembelajaran yang berlangsung dengan mencatat temuan-temuan yang ada pada lembar pengamatan yang telah tersedia. Ada empat aspek yang peneliti amati dalam proses pembelajaran Ketentuan salat dengan model bimbingan kolaborasi antara guru dan walimurid yaitu :
1) Aspek kinerja guru
2) Aspek keaktifan siswa di sekolah
3) Aspek bimbingan Walimurid
4) Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
1) Aspek kinerja guru
Tabel 4: Hasil Analisis Aspek Kinerja Guru Siklus I
NO ASPEK YANG DIAMATI SKOR
1 2 3 4
A PRA PEMBELAJARAN
1 Kemampuan Mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai √
2 Kemampuan memberikan apersepsi untuk memotifasi siswa √
3 Kemampuan memyampaikan tujuan dan indikator yang ingin dicapai √
B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
4 Penguasaan materi pembelajaran √
5 Interaksi saat pembelajaran √
6 Penguasaan metode pembelajaran √
7 Pemanfaatan sumber media pembelajaran √
8 Kemampuan pengelolaan kelas √
C PENUTUP
9 Kemampuan guru menyimpulkan materi √
10 Kemampuan guru memberikan tugas dan evaluasi pembelajaran √
Total skor 31 %
Prosentase 77,5 %
Sumber : Data Hasil Penelitian 26 Oktober, 02, 09 Nov 2010 ( lampiran )
Skor maksimal : 10x4 = 40
% =
%r =
= 77,5%
Hal yang diamati oleh peneliti terhadap kinerja guru pada pelaksanaan pembelajaran Salat dengan menggunakan metode kolaborasi bimbingan salat antara guru dan walimurid
Pada siklus I adalah berbagai kemampuan guru dalam merencanakan dan melakukan tindakan dalam kelas. Guru belum mampu mengkodisikan siswa secara menyeluruh sebelum pembelajaran dimulai, dalam menyampaikan apersepsi guru belum bisa memotivasi siswa seluruhnya,dalam menyampaikan tujuan dan indikator guru sudah baik sesuai dengan RPP dan silabus, penguasan materi untuk bimbingan salat di rumah cukup baik namun sesekali masih melihar buku waktu menerangkan. Penguasaan metode demonstrasi , sumber dan media pembelajaran serta pengelolaan kelas guru sudah baik namun belum seluruhnya siswa aktif. Diakhir pembelajaran guru memberikan tugas bimbingan salat dengan walimurid di rumah untuk persiapan siswa melaksanakan uji praktik. Berdasarkan tabel diatas kinerja guru tergolong dalam kategori cukup dengan jumlah skor 31 dengan persentase 77,5 %.
2) Hasil Pengamatan tentang Keaktifan Siswa
Tabel 3 : Hasil Analisis Aspek keaktifan Siswa Siklus I
NO ASPEK YANG DIAMATI SKOR
1 2 3 4
1 Berapa prosen rata-rata kehadiran siswa dalam pelajaran PAI ? √
2 Bagaimana antusias siswa pada saat proses belajar mengajar ? √
3 Bagaimana keberanian siswa menyampaikan pertanyaan atau tanggapan √
4 Bagaimana keberanian siswa mempraktekkan salat di depan kelas ? √
5 Bagaimana ketepatan waktu mengerjakan soal evaluasi √
Total skor 14
Persentase (%) 70%
Sumber : Data Hasil Penelitian Siklus I tanggal 26 Oktober 2010 ( lampiran )
Skor maksimal : 5 x 4 = 20
% =
% =
=70 %
Pada pelaksanaan siklus I, secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode bimbingan kolaborasi pada materi Ketentuan Salat sudah berjalan dengan baik. Semua siswa kelas IVA SDN Muktiharjo Kidul 01 hadir dalam pembelajaran Salat pada siklus I. Keaktifan siswa dalam pembelajaran Salat dengan Metode Kolaborasi bimbingan dapat dilihat dari tabel diatas aspek kehadiran pada siklus I seluruh siswa hadir, aspek antusias siswa terhadap guru saat mengikuti pelajaran belum maksimal harus ada teguran terlebih dahulu dari guru baru siswa memperhatikan penjelasan guru, aspek keaktifan bertanya dan menyampaikan pendapat yaitu keaktifan siswa dalam bertanya dan menyampai-kan pendapat belum begitu tampak karena yang berani bertanya hanya siswa- siswa tertentu saja begitu juga dalam menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat saat pembelajaran berlangsung hanya siswa - siswa tertentu saja yang berani menjawab atau mengemukakan pendapat siswa yang lainya harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru. Aspek keberanian mempraktekkan salat di depan kelas kurang , karena setiap anak yang disuruh maju mempraktekkan harus membujuk dulu baru mau maju. Dalam mengerjakan soal evaluasi anak cukup tepat waktu, karena sesuai dengan waktu yang ditentukan masih ada beberapa anak yang belum selesai
Berdasarkan hasil observasi dan dilakukan analisis data maka diperoleh data bahwa pada siklus I tingkat aktifitas siswa cukup dengan jumlah skor 14 dari skor maksimal 20 dengan persentase 70%.
3) Aspek bimbingan Walimurid
Aspek bimbingan wali murid dapat dilihat proses pembelajaran agama anak di luar sekolah, hal ini dapat dilihat dari hasil interview dengan walimurid dan pemeriksaan kartu bimbingan salat siswa.
Tabel 5 Hasil Analisis Proses KBM di luar Sekolah siswa Siswa Siklus I
NO ASPEK YANG DIAMATI PROSENTASE
PILIHAN JML %
1 Tempat belajar a. Tidak ada 4 11 %
b. Tempat lain/ rumah guru ngaji 2 5 %
c. Di Masjid/ Musholla 8 22 %
d. Di TPQ/Madin 15 41 %
e. Di rumah sendiri 15 41 %
2 Waktu bimbingan/ belajar a. tidak pernah 3 8 %
b. tidak tentu 6 16 %
c. setiap bulan 0 0 %
d. setiap pekan 6 16 %
e. setiap hari 22 59 %
3 Orang yang membimbing langsung a. tidak ada 3 8 %
b. teman/lain 0 0 %
c. saudara 3 8 %
d. guru ngaji 28 76 %
e orang tua 11 30 %
4 Sikap belajar a. tidak mau 3 8 %
b. terpaksa 2 5 %
c. kurang senag 7 19 %
d. senang 19 51 %
e. sangat senang 6 16 %
5 Perhatian orang tua terhadap anaknya 19 51 %
Sumber : Data Hasil Penelitian 26 Oktober, 02, 09 Nov 2010 ( lampiran)
Dari data di atas dapat diktahui bahwa sebagian besar anak belajar di TPQ/Madin, setiap hari diajar oleh guru ngaji dan merasa senang, namun perhatian orang tua terhadap kemampuan anaknya termasuk kurang , hal ini dapat dilihat dari adanya tanda paraf pada kartu bimbingan salat hanya sekitar 51 % yang diparaf walimurid.
4) Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Hasil belajar siswa siswa meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektih, atau kami rumuskan dalam kemampuan dan kemauan. Kemampuan secara kognitif kami ambil dari hasil tes tulis, kemampuan psikomotorik diambil dari tes praktik dan kemauan diambil dari hasil interview.
a) Kemampuan Salat
Tabel 6. Hasil Tes Siklus I
No Hasil Tes Siklus I Tes Tulis Tes Praktik Rata-Rata
1 Nilai tertinggi 100 99 99,5
2 Nilai terendah 30 36 33
3 Nilai rata – rata kelas 68.89 78.22 72.87
4 KKM 70 85 75
5 Jumlah siswa tidak tuntas 16 15 17
6 Jumlah siswa tuntas 21 22 20
7 Presentasi ketuntasan belajar 57 % 59% 54,05 %
Sumber : Data Hasil Penelitian tanggal 09 November 2010 (Lampiran.)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai tertinggi 99.5 ,nilai terendah 33, nilai rata – rata kelas hanya mencapai 72.87 sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), jumlah siswa yang tuntas belajar 20 siswa atau 54,05 % dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 17 atau 45,95 % ketuntasan belajar klasikal sebesar 75 %. Sedangkan indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal dalam penelitian tindakan kelas ini minimal mencapai 54,05 %.
b) Kemauan Salat
Tabel 4 Hasil Analisis Aspek Kemauan salat siswa Siswa Siklus I
NO ASPEK YANG DIAMATI SKOR
1 2 3 4 JML
1 Jumlah salat fardu yang dilakukan setiap hari 0 2 15 20 37
2 Ketepatan waktu melaksanakan salat salat 0 4 20 13 37
3 Kesadaran dalam melaksanakan salat fardu 0 3 8 26 37
4 Waktu yang diperlukan setiap salat 0 1 17 19 37
Total skor 0 10 63
82
148
Persentase (%) 0% 6,76% 42,57% 55,41% 100,00%
Sumber : Data Hasil Penelitian 26 Oktober, 02, 09 Nov 2010 ( lampiran 19).
Dari hasil penelitian di atas di ketahui bahwa rata-rata kemauan siswa untuk menunaikan salat termasuk cukup. Karena siswa kelas IV yang rata-rata berumur 9 tahun solat setiap hari 4 kali di pertengahan waktu dengan penuh kesadaran namun kekhusyu’annya dinilai masih kurang karena waktu yang diperlukan dalam salat sekitar 4 menit, padahal waktu salat bisa khusyu’ minimal 5 menit
d. Refleksi (Reflecting)
Tahapan setelah pengamatan (observing) adalah refleksi (reflecting), refleksi yang berupa koreksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang ada pada siklus I .Kekurangan siklus I yaitu:
1) Masih banyak siswa yang pasif dalam bertanya maupun menjawab hanya siswa tertentu saja yang aktif yang lain harus ditunjuk terlebih dahulu untuk mengeluarkan pendapatnya
2) Guru kurang maksimal dalam memberikan motifasi dan tugas bimbingan salat di rumah sehingga masih banyak kartu bimbingan yang tidak diparaf walimurid.49% berdasarkan análisis aspek kinerja guru presentasenya mencpai 77,5% masuk kategori baik
3) berdasarkan hasil tes yang dilalukan diakhir siklus pada siklus I siswa yang tuntas belajar baru mencapai 54,05% sehingga belum mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian ini. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu ketuntasan belajar klasikal yang telah ditetapkan yaitu 75 % dengan nilai rata- rata kelas 73,36 dari 37 siswa, oleh karena itu dilaksanakan siklus berikutnya yaitu siklus II.
4) Sebelum pelaksanaan siklus II perlu bagi anak yang belum tuntas , perlu wali muridnya dipanggil, guna meningkatkan efektifas dalam kolaborasi
3. Hasil Penelitian Siklus II
Siklus II dilaksanakan 2 x pertemuan ( 2 x 3 jam pelajaran x 30 menit) yaitu setiap hari Selasa tanggal 16 dan 23 November 2010.
Adapun kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran pada siklus II yang meliputi tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Sebelum melaksanakan pembelajaran pada siklus II peneliti bersama guru merencanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan penelitian yang telah disusun pada metode penelitian, yang meliputi penyususnan RPP, membuat media pembelajaran, penyusunan lembar interview dan lembar observasi kinerja guru dan penyusunan soal evaluasi tulis dan praktik. Penyusunan tes evaluasi tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan teori dan praktik salat. Soal tulis terdiri dari 20 soal isian dan soal praktik berbentuk cek point. Sedangkan untu mengetahui sejauh mana kemauan anak melaksankan salat diambil dari hasil interview
b. Tindakan (Acting)
Pertemuan pertama, tanggal 16 November 2010, peneliti memgulas kembali materi ketentuan salat secara teori dan praktik, dilanjutkan pengecekan kartu bimbingan salat di rumah dan lembar interview untuk diisi di rumah.
Pertemuan kedua, 23 November 2010, uji kompetensi praktik dan tulis, hasilnya disampaikan kepada orang tua/ walimurid .
c. Pengamatan (Observing)
Tahapan pengamatan, peneliti mengamati proses pembelajaran yang berlangsung dengan mencatat temuan-temuan yang ada pada lembar pengamatan yang telah tersedia. Ada empat aspek yang peneliti amati dalam proses pembelajaran Ketentuan salat dengan model bimbingan kolaborasi antara guru dan walimurid yaitu :
1) Aspek kinerja guru Siklus II
2) Aspek keaktifan siswa di sekolah Siklus II
3) Aspek bimbingan Walimurid Siklus II
4) Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
1) Aspek kinerja guru
Tabel 9: Hasil Analisis Aspek Kinerja Guru Siklus II
NO ASPEK YANG DIAMATI SKOR
1 2 3 4
A PRA PEMBELAJARAN
1 Kemampuan Mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai √
2 Kemampuan memberikan apersepsi untuk memotifasi siswa √
3 Kemampuan memyampaikan tujuan dan indikator yang ingin dicapai √
B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
4 Penguasaan materi pembelajaran √
5 Interaksi saat pembelajaran √
6 Penguasaan metode pembelajaran √
7 Pemanfaatan sumber media pembelajaran √
8 Kemampuan pengelolaan kelas √
C PENUTUP
9 Kemampuan guru menyimpulkan materi √
10 Kemampuan guru memberikan tugas dan evaluasi pembelajaran √
Total skor 37
Prosentase 92,5 %
Sumber : Data Hasil Penelitian tanggal 23 November 2010 ( lampiran )
Skor maksimal : 10x4 = 40
% =
%r =
= 92,5 %
Hal yang diamati oleh peneliti terhadap kinerja guru pada pelaksanaan pembelajaran Salat dengan menggunakan metode kolaborasi bimbingan salat antara guru dan walimurid
Pada siklus II adalah berbagai kemampuan guru dalam merencanakan dan melakukan tindakan dalam kelas. Guru dapat mengkodisikan siswa secara menyeluruh sebelum pembelajaran dimulai, dalam menyampaikan apersepsi guru dapat memotivasi siswa walaupun masih ada beberapa anak yang belum termotivasi, dalam menyampaikan tujuan dan indikator guru sudah baik sesuai dengan RPP dan silabus, penguasan materi dapat dikatakan baik hal ini dapat dilihat ketika menjelaskan materi tidak lagi memegang buku serta dapat menjelaskan dengan runtut. Penguasaan metode demonstrasi , sumber dan media pembelajaran serta pengelolaan kelas guru sudah baik namun belum seluruhnya siswa aktif. Diakhir pembelajaran guru memberikan tugas bimbingan salat dengan walimurid di rumah untuk persiapan siswa melaksanakan uji praktik. Berdasarkan tabel diatas kinerja guru tergolong dalam kategori baik dengan jumlah skor 37 dengan persentase 92,5 %.
2) Hasil Pengamatan tentang Keaktifan Siswa Siklus II
Tabel 8 : Hasil Analisis Aspek keaktifan Siswa Siklus II
NO ASPEK YANG DIAMATI SKOR
1 2 3 4
1 Berapa prosen rata-rata kehadiran siswa dalam pelajaran PAI ?
√
2 Bagaimana antusias siswa pada saat proses belajar mengajar ?
√
3 Bagaimana keberanian siswa menyampaikan pertanyaan atau tanggapan √
4 Bagaimana keberanian siswa mempraktekkan salat di depan kelas ? √
5 Bagaimana ketepatan waktu mengerjakan soal evaluasi √
Total skor 19
Persentase (%) 95%
Sumber : Data Hasil Penelitian Siklus II tanggal 23 November 2010 ( lampiran )
Skor maksimal : 5 x 4 = 20
% =
% = =95%
Pada pelaksanaan siklus II, secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode bimbingan kolaborasi pada materi Ketentuan Salat sudah berjalan dengan baik. Semua siswa kelas IVA SDN Muktiharjo Kidul 01 hadir dalam pembelajaran Salat pada siklus II. Keaktifan siswa dalam pembelajaran Salat dapat dilihat dari tabel diatas aspek kehadiran pada siklus II seluruh siswa hadir, aspek antusias siswa terhadap guru saat mengikuti pelajaran termasuk baik karena semua siswa memperhatikan dengan seksama atas penjelasan guru, aspek keaktifan bertanya dan menyampaikan pendapat yaitu keaktifan siswa dalam bertanya dan menyampaikan pendapat belum begitu tampak karena yang berani bertanya hanya siswa- siswa tertentu saja begitu juga dalam menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat saat pembelajaran berlangsung hanya siswa - siswa tertentu saja yang berani menjawab atau mengemukakan pendapat siswa yang lainya harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru. Aspek keberanian mempraktekkan salat di depan kelas juga baik , karena setiap anak yang diminta maju mempraktekkan langsung maju bahkan sebagian mengajukan diri untuk mencoba maju mempraktekkan salat di depan kelas. Dalam mengerjakan soal evaluasi anak tepat waktu, karena sesuai dengan waktu yang semua anak sudah selesai
Berdasarkan hasil observasi dan dilakukan analisis data maka diperoleh data bahwa pada siklus II tingkat aktifitas siswa cukup dengan jumlah skor 19 dari skor maksimal 20 dengan persentase 95%.
3) Aspek bimbingan Walimurid pada Siklus II
Aspek bimbingan wali murid dapat dilihat proses pembelajaran agama anak di luar sekolah, hal ini dapat dilihat dari hasil interview dengan walimurid dan pemeriksaan kartu bimbingan salat siswa.
Tabel 10 Hasil Analisis Proses KBM di luar Sekolah siswa Siswa Siklus II
NO ASPEK YANG DIAMATI PROSENTASE
PILIHAN JML %
1 Tempat belajar a. Tidak ada 0 0 %
b. Tempat lain/ rumah guru ngaji 2 5 %
c. Di Masjid/ Musholla 8 22 %
d. Di TPQ/Madin 16 43 %
e. Di rumah sendiri 21 57 %
2 Waktu bimbingan/ belajar a. tidak pernah 0 0 %
b. tidak tentu 0 0 %
c. setiap bulan 0 0 %
d. setiap pekan 11 30 %
e. setiap hari 26 70 %
3 Orang yang membimbing langsung a. tidak ada 0 0 %
b. teman/lain 0 0 %
c. saudara 4 11 %
d. guru ngaji 30 81 %
e orang tua 16 43 %
4 Sikap belajar a. tidak mau 0 0 %
b. terpaksa 1 3 %
c. kurang senag 6 16 %
d. senang 18 49 %
e. sangat senang 12 32 %
5 Perhatian orang tua terhadap anaknya 37 100 %
Sumber : Data Hasil Penelitian 2010 ( lampiran)
Dari data di atas dapat diktahui bahwa sebagian besar anak belajar di rumah sendiri, setiap hari diajar oleh guru ngaji dan merasa senang, perhatian orang tua terhadap kemampuan anaknya sangat baik 100 %. Sebagai bukti kartu bimbingan salat semua siswa telah ditanda tangani oleh orang tua / walimurid
4) Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Hasil belajar siswa siswa meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektih, atau kami rumuskan dalam kemampuan dan kemauan. Kemampuan secara kognitif kami ambil dari hasil tes tulis, kemampuan psikomotorik diambil dari tes praktik dan kemauan diambil dari hasil interview.
a) Kemampuan Salat
Tabel 11. Hasil Tes Siklus II
No Hasil Tes Siklus II Tes Tulis Tes Praktik Rata-Rata
1 Nilai tertinggi 100 100 100
2 Nilai terendah 55 75 67,5
3 Nilai rata – rata kelas 77,5 85 88,73
4 KKM 70 85 75
5 Jumlah siswa tuntas 32 32 31
6 Jumlah siswa tidak tuntas 5 5 6
7 Presentasi ketuntasan belajar 86,5 % 86,5% 84 %
Sumber : Data Hasil Penelitian tanggal 23 November 2010 (Lampiran.)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai tertinggi 100 ,nilai terendah 67,5 , nilai rata – rata kelas hanya mencapai 88,73 sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), jumlah siswa yang tuntas belajar 31 siswa atau 84 % dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 6 atau 16 % ketuntasan belajar klasikal sebesar 75. Sedangkan indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal dalam penelitian tindakan kelas ini minimal mencapai 80 %.
b) Kemauan Salat
Tabel 4 Hasil Analisis Aspek Kemauan salat siswa Siswa Siklus II
NO ASPEK YANG DIAMATI SKOR
1 2 3 4 JML
1 Jumlah salat fardu yang dilakukan setiap hari 2 12 22 1 37
2 Ketepatan waktu melaksanakan salat salat 2 7 18 10 37
3 Kesadaran dalam melaksanakan salat fardu 1 5 14 17 37
4 Waktu yang diperlukan setiap salat 0 4 17 16 37
Total skor 5 28 71 44 148
Persentase (%) 3% 19% 48% 30% 100%
Sumber : Data Hasil Penelitian 26 November 2010 ( lampiran 19).
Dari hasil penelitian di atas di ketahui bahwa rata-rata kemauan siswa untuk menunaikan salat adalah baik. Karena kebanyakan anak salat baru empat kali setiap hari, sedang waktu melakukan salat sebagian besar pada pertengahan waktu, namun kesadaran salat tinggi karena salat tidak perlu lagi disuruh dan rata-rata waktu salat mereka 4 menit, sehingga tidak terjaga kekhusyu’anya
Jadi secara umum kemauan salat siswa kelas IV A baik dan masih perlu ditingkatkan mengingat anak kelas IV yang rata-rata berusia 9 tahun .
d. Refleksi (Reflecting)
Tahapan setelah pengamatan (observing) adalah refleksi (reflecting), refleksi yang berupa koreksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang ada pada siklus II .Kekurangan siklus II yaitu:
1) Masih ada siswa yang pasif dalam bertanya maupun menjawab sebagian besar siswa sudah berani bertanya dan menyampaikan pendapatnya pada saat proses relajar mengajar, yaitu mencapai 95%
2) Kinerja guru juga termasuk baik dengan skor 92,5%, adapun hal-hal yang sih perlu ditingkatkan yaitu dalam hal memberi motivasi siswa, menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif dan penggunaan alat media yang Belem maksimal
3) Peran Orang tua dalam siklus ke-2 sangat significan dengan 100% kartu bimbingan salat telah ditandatangani orang tua, serta semakin banyak siswa yang juga relajar langsung dengan orang tuanya selai relajar dengan guru ngaji
4) Hasil relajar siswa dalam siklus II juga baik, hal ini dapat dilihat dari hasil tes tertulis dan praktek. Hasil tes tertulis diketahui rata-rata kelas 77,5 dan ketuntasan siswa 32 siswa dari 37 siswa atau 86,5% dengan KKM 70. Hasil Tes praktik rata-rata 85 dan ketuntasan juga mencapai 86,5% dengan KKM 85. Namur ketika digabungkan praktik dan tulis rata-rata 88,73 dan siswa yang tuntas mencapai 31 siswa atau 84% dengan KKM 80. Kemauan siswa untuk melaksanakan salat sudah cukup baik, yaitu rata-rata mereka salat 4 kali setiap hari dengan penuh kesadaran
5) Setelah penelitian ini siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran salatnya perlu diperhatikan dan ditingkatkan sampai kelas V atau umur 10 tahun, agar semua siswa setelah berumur 10 tahun sudah mampu dan mau salat secara penuh 5 waktu dengan benar
B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas (PTK) dalam upaya meningkatkan kemampuan dan kemauan salat siswa kelas IV SDN Muktiharjo Kidul 01 dengan model bimbingan kolaborasi antara guru dan walimurid secara konsisten pada semester I tahun pelajaran 2010/2011 dilakukan dalan 2 siklus meliputi 4 (empat) aspek yaitu :
1. Kinerja guru
2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
3. Peran Orangtua/ walimurid
4. Hasil belajar siswa dalam bentuk kemampuan dan kemauan salat
1. Kinerja Guru dan Keaktifan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam observasi kinerja guru dan keaktifan siswa peneliti dibantu oleh Achmad Muthohar,A.Ma selaku walikelas IV A yang mengamati kinerja guru pada siklus I dan Keaktifan siswa pada siklus II dan Drs. Syamsul Bakhri, yaitu guru PAI yang mengajar kelas I sampai III mengamati keaktifan siswa pada siklua I dan kinerja guru pada siklus II.
Dari hasil observasi mereka dapat diketahui Kinerja guru pada siklus I guru tergolong dalam kategori baik dengan jumlah skor 31 dengan persentase 77,5 %. Pada siklus II mengalami peningkatan 15%, yaitu dengan jumlah 37 atau 92,5%. Untuk memperjelas bahasan peningkatan kinerja guru dapat kita lihat perbandingan hasil observasi pada siklus I dan siklus II di bawah ini :
NO ASPEK YANG DIAMATI SKOR SIKLUS I SKOR SIKLUS I
1 2 3 4 1 2 3 4
A PRA PEMBELAJARAN
1 Kemampuan Mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai √ √
2 Kemampuan memberikan apersepsi untuk memotifasi siswa √ √
3 Kemampuan memyampaikan tujuan dan indikator yang ingin dicapai √ √
B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
4 Penguasaan materi pembelajaran √ √
5 Interaksi saat pembelajaran √ √
6 Penguasaan metode pembelajaran √ √
7 Pemanfaatan sumber media pembelajaran √ √
8 Kemampuan pengelolaan kelas √ √
C PENUTUP
9 Kemampuan guru menyimpulkan materi √ √
10 Kemampuan guru memberikan tugas dan evaluasi pembelajaran √ √
Total skor 31 37
Prosentase 77,5 % 92,5 %
Sedangkan keaktifan siswa pada siklus I termasuk cukup dengan skor 14 atau 70%, mengalami peningkatan mencapai 25 % pada siklus II dengan skor 19 atau 95%.
Tabel 3 : Hasil Analisis Aspek keaktifan Siswa Siklus I dan siklus II
NO ASPEK YANG DIAMATI SKOR SIKLUS I SKOR SIKLUS II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Berapa prosen rata-rata kehadiran siswa dalam pelajaran PAI ? √
√
2 Bagaimana antusias siswa pada saat proses belajar mengajar ? √
√
3 Bagaimana keberanian siswa menyampaikan pertanyaan atau tanggapan √ √
4 Bagaimana keberanian siswa mempraktekkan salat di depan kelas ? √ √
5 Bagaimana ketepatan waktu mengerjakan soal evaluasi √ √
Total skor 14 19
Persentase (%) 70% 95%
Sumber : Data Hasil Penelitian Keaktifan siswa pada Siklus I dan siklus II
Setelah anak-anak memberi salam, guru mengkondisikan siswa dulu sebelum pelajaran dimulai pada pembelajaran siklus I cukup baik, namun masih terdapat beberapa siswa yang pada waktu berdoa masih ada anak yang masih mencari buku sehingga doa mulai belajar kurang tenang. Pada siklus II sebelum do’a dimulai anak-anak diminta menyiapkan buku dan alat tulis dulu di atas meja, sehinga pada saat berdoa anak dapat berdoa dengan tenang.
Selesai berdoa, guru mengecek kehadiran siswa dan semua siswa tidak ada yang absen baik pada siklus I maupun siklus II. Sebelum pelajaran dimulai, guru menanyakan kepada beberapa siswa secara acak tentang pengetahuan salat yang pernah diterimanya dari kelas II dan kelas III, sebagian besar tidak dapat menjawab. Kemudian guru membagi soal penjajagan dengan 20 soal isian dengan materi soal kelas II dan III untuk dikerjakan selama 15 menit. Sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan pekerjaan anak dikumpulkan ternyata masih banyak yang belum selesai. Ini disebabkan anak tidak ada persiapan sehingga banyak pelajaran yang pernah diterimanya lupa. Pada pertemuan- pertemuan berikutnya pada siklus I secara umum dapat dikatakan cukup. Pada siklus II appersepsi yang dilakukan mengalami peningkatan sehingga setiap anak yang ditanya pelajaran yang lalu sudah banyak anak yang dapat menjawabnya dengan tepat karena sebelum disampaikan pertanyaan guru memberi mengatkan kembali pelajaran yang lalu dan motivasi dulu tentang pentingnya solat bagi orang Islam serta menyampaikan tujuan pembelajaran dan indikatornya yang akan dilakukan baru menerangkan pelajaran .
Ketika menjelaskan pelajaran pada siklus I nampaknya guru kurang siap sehingga sesekali mesih melihat buku namun ketika mengajarkan praktik salat guru cukup menguasai . Siswa kurang terkontrol sehingga masih ada siswa yang tidak memperhatikan guru, bahkan masih banyak yang bicara sendiri . ketika diberi kesempatan bertanya tidak ada yang mau bertanya dan ketika ditanya tidak langsung menjawab bahkan melemparkan pada teman yang lain apa lagi ketika disuruh mencoba mempraktikkan salat di depan kelas tidak ada yang mau maju sehingga guru harus membujuknyu dulu baru ada sebagian yang mau maju. Ini sangat berbeda pada proses pembelajaran siklus II. Guru sudah menguasai materi dengan mantap karena semua sudah dipersiapkan dengan matang, hanya msih ada yang perlu diadakan penyempunaan lagi yaitu agar ketika member appersepsi tidak terlalu bertele tele, dalam menjelaskan perlu diberi joke-joke sehingga suasana tidak terlalu tegang , media yang sudah dipersiapkan kurang dimanfatkan klarena terfokus pada memberi contoh gerakan secara langsung, ini perlu sesekali ditunjukkan gerakan salat dalam gambar. Kondisi siswa lebih tertib dan teratur anak sudah berani bertanya dan menyampaikan pendapat namun masih ada beberapa anak yang belum berani bertanya atau menjawab pertanyaan, namun ketika ditunjuk untuk maju mempraktikkan salat langsung maju dengan tenang, bahkan ada yang mengajukan diri untuk mempraktikkan salat di depan kelas karena mereka sudah merasa mampu. Ketika mengerjakan soal ulanganpun semua tepat waktu sesuai yang telah ditentukan yaitu 15 menit mengerjakan 20 soal isian.
Ini semua tidak lepas dari pengaruh bimbingan yang dilakukan orang tua di rumah setelah adanya konsultasi walimurid dengan orang tua pada akhir siklus I
2) Peran Orangtua / Walimurid dalam Proses Belajar Mengajar.
Orangtua merupakan orang yang pertama dan paling utama dalam dalam pendidikan anak. Intensitas pertemuan anak dengan orang tua seharusnya lebih banyak dibanding dengan gurunya di sekolah yang kurang lebih hanya 6 jam setiap hari sekolah. Sedangkan diluar sekolah menjadi tanggung jawab orang tua. Namun yang terjadi pada anak pada umumnya lebih taat pada gurunya dari pada orang tuanya sendiri. Ini karena yang ada pada benak anak yang paling utama adalah mendapat nilai raport yang baik. Sedang guru tidak dapat menjangkau seluruh kehidupan anak, oleh karena itu mutlak diperlukan adanya sinergi antara guru di sekolah dan orang tua wali murid.
Dari hasil interview dan penelitian dapat diketahui proses pembelajaran diluar sekolah dan peran orang tua. Perubahan-perubahan positif yang terjadi tidak lepas dari adanya konsultasi orang dengan guru PAI yang dilakukan pada tanggal 13 November 2010. Dari 17 undangan yang dibagikan pada anak yang tidak tuntas pada siklus I, yang hadir 10 orang , 7 orang yang tidak dapat datang karena pembagian undangan yang dinilai mepet sehingga banyak yang sudah memiliki jadwal kegiatan sendiri. Dari 10 orang yang hadir hanya 1 orang bapak yang datang, 8 orang ibu dan 1 orang saudaranya. Ini disebabkan karena seorang ibu rumah tangga yang lebih banyak waktunya di bandingkan dengan ayah yang banyak kegiatan keluar dan kalau ibu sorang karir juga sangat susah untuk membagi waktu karena banyak kegiatan yang telah terjadwal. Sedangkan siswa lain yang sudah tuntas rata-rata pertatian orang tuanya cukup sehingga kartu bimbingan salat sudah benar-benar dicek oleh orang tuanya.
Tabel 10 Hasil Analisis Proses KBM di luar Sekolah dan peran Orangtua
No YANG DI AMATI PILIHAN SIKLUS I SIKLUS II
JML % JML %
1 Tempat belajar a. Tidak ada 4 11 % 0 0 %
b. Tempat lain/ rumah guru ngaji 2 5 % 2 5 %
c. Di Masjid/ Musholla 8 22 % 8 22 %
d. Di TPQ/Madin 15 41 % 16 43 %
e. Di rumah sendiri 15 41 % 21 57 %
2 Waktu bimbingan
/ belajar a. tidak pernah 3 8 % 0 0 %
b. tidak tentu 6 16 % 0 0 %
c. setiap bulan 0 0 % 0 0 %
d. setiap pekan 6 16 % 11 30 %
e. setiap hari 22 59 % 26 70 %
3 Orang yang
Membimbing
langsung a. tidak ada 3 8 % 0 0 %
b. teman/lain 0 0 % 0 0 %
c. saudara 3 8 % 4 11 %
d. guru ngaji 28 76 % 30 81 %
e orang tua 11 30 % 16 43 %
4 Sikap belajar a. tidak mau 3 8 % 0 0 %
b. terpaksa 2 5 % 1 3 %
c. kurang senag 7 19 % 6 16 %
d. senang 19 51 % 18 49 %
e. sangat senang 6 16 % 12 32 %
5 Perhatian orang tua terhadap anaknya 19 51 % 37 100 %
Sumber : Data Hasil Penelitian siklus I dan siklus II
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar anak-anak belajar agama Islam di TPQ atau Madin dan di rumahnya sendiri, pada umumnya untuk anak kelas ekonomi menegah kebawah banyak memilih TPQ karena biayanya murah dan pembelajaran terstruktur dengan standar yang jelas termasuk waktunya, sedangkan sebagian anak orang yang ekonominya menengah ke atas lebih memilih belajar di rumah dengan mengundang guru ngaji, mereka tidak lagi memikirkan biaya, yang dipikirkan bagaimana anak-anaknya dapat mengikuti berbagai les juga ngajinya tak ketinggalan, sebagian lagi ada yang mengaji di masjid atau musala setelah salat magrib dan ada pula yang belajar ngaji dengan cara dating di rumah ustaz/guru ngaji. Pada siklus I masih terdapat 4 anak yang tidak mengaji karena memang perhatian orang tua yang kurang terhadap keagamaan anaknya, karena memang berasal dari keluarga yang awam agamanya, namun ada pula yang sudah belajar di TPQ masih ngaji lagi di rumah dengan guru ngaji, yang demikian ini di TPQ selain meuntuk mengaji juga untruk melatih berinteraksi dengan temannya atau bisa dikatakan untu mencari teman
Sebagian besar mereka mengaji setiap hari di TPQ atau yang mengaji dengan orang tuanga langsung, yang mengaji di rumah dengan guru ngaji rata-rata sepekan 2 kali, namun umumnya yang mengaji les di rumah jarang diajarkan salat, mereka hanya terfokus pada latihan membaca Al Qur’an. Sedangkan yang di TPQ pelajaran salat telah terjadwal. Dalam mengaji umumnya yang mengajari langsung adalah guru ngaji, sebagian kecil ada juga yang mengaji langsung dengan orangtuanya
Pada umumnya orang tua percaya begitu saja kepada anaknya, yang penting melihat anaknya suda mengaji atau anaknya sudah salat di masjid, namun jarang sekali yang mengetahui secara detail kemampuan salat anaknya, atau kadang anaknya malu diajari orang tuanya. Hal ini terlihat kartu bimbingan salat pada siklus I yang cek oleh orang tuanya hanya 51%. Dengan konsultasi, guru memberi pemahaman kepada orang tua pentingya mengetahui secara langsung kemampuan salat anaknya karena pada dasarnya orang tualah yang paling utama dan pertama bertanggung jawab dalam pendidikan anaknya. Sehingga mereka sadar akan kewajibannya kemudian apabila anaknya dirasa kurang , maka dengan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mengajari anaknya, bila tidak bisa mereka akan cancut tali wondo kalau perlu mengundang guru ngaji di rumahnya agar anaknya dapat salat dengan benar. Ini terlihat pada siklus II kartu bimbingan salat semua telah di paraf oleh orang tuanya (100%). Namun masih ada yang belum hafal bacaan salat walaupun sudah diparaf orang tuanya. Ini dimungkinkan orangtua asal paraf tidak mengecek lagi. Bila ada yang belum hafal adanya konsultasi orang tua dengan guru, terjadi perubahan yang singat signifikan yaitu perbaikannya mencapai 49% siklus II dibanding siklus I
3) Hasil Belajar dan Korelasinya dengan Tingkat Partisipasi Orang tua
Hasil belajar sebagaimana telah dikemukakan di muka adalah perubahan tingkah laku kognitif, psikomototik, maupun afektif. Dalam penelitian ini hasilbelajar dirumuskan sebagi kemampuan dan kemauan salat. Kemampuan meluputi aspek kognitif dan dan psikomotorik . Adapun kemauan masuk dalam katagori afektif seuh mana kemajuan ketiga aspek hasil belajar dapat dilihat dalam analisis di bawah ini :
Tabel Data Rata-Rata Prestasi Siswa klasikal
No. Nilai Tes Tulis Tes Praktik Kemauan
Pra Siklus Siklus I Siklus II Perbaikan Siklus I Siklus II Perbaikan Siklus I Siklus II Perbaikan
1 Nilai Tertinggi 93 100 100 99 100 100 100
2 Nilai Ter Rendah 20 30 55 36 75 69 69
3 Rata-Rata 57 69 83 12/14 78 94 16 76 78 2
4 KKM 70 70 70 85 85 80 80
5 Tuntas (%) 35 57 86 22/29 62 86 24 62 89 27
6 Tidak Tuntas (%) 65 43 14 38 14 38 11
Hasil belajar pada tabel di atas dapat diketahui bahwa perbandingan antara siklus I dan siklus II semuanya mengalami perbaikan, yaitu hasil tes tertulis mengalami kenaikan dari pra siklus atau penjajagan ke siklus I rata-rata kelas mengalami kenaikan 12 dibanding dengan siklus II mengalami kenaikan 12 sehingga bila dijumlah semua mengalami kenaikan rata-rata kelas 26. berdasarkan nilai ketuntasan dengan KKM 70, pra siklus ke siklus I mengalami kenaikan 22% dan ke siklus II mengalami kenaikan lagi 29% sehingga semuanya mengalami kenaikan 51%. Ketuntasan nilai prasiklus dengan soal materi salat kelas II dan III sangat rendah karena anak tidak diberi persiapan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas sebenarnya pembelajaran salat dari kelas 2 sampai kelas tiga yang tidak melibatkan orang tua secara langsung dalam pembelajaran ternyata ketuntasannya hanya 35 % sehingga bisa dikatakan sangat kurang, karena intensitas pertemuan antara guru dan siswa disekolah hanya sekitar 6 jam setiaphari dengan masuk pukul 07.00 dan pulang pukul 13.00, sedangkan masa aktif siswa adalah 24 jam dikurangi masa istirahat sekitar 8 jam tiap hari sehingga berjumlah 16 jam. Sehingga yang menjadi tanggung jawab orang tua 16 – 6 = 10 jam setiap hari. Hasil belajar ini bila dikorelasikan dengan intensitas pertemuan guru dan murid disekolah :
Apabila dikorelasikan dengan tingkat ketuntasan, maka hasilnya :
37% - 35 % = 2%
Sedangkan pada siklus I sudah melibatkan orang tua dengan adanya kartu bimbingan salat, hasilnya dapat diketahui nilai ketuntasan tes tertulis 57%, tes praktik 62% dan analisis kemauan siswa 62 % sehingga bila dirata-rata 60,33 % . Hasil ini dinilai cukup dan belum maksimal, karena kerjasama melalui bimbingan dengan perantaraan kartu bimbingan saja sebagian orang tua masih ada yang acuh tak acuh hal ini dapat dilihat dari prosentase kartu yang paraf orang tua pada siklus I hanya 51 % dan setelah di cek semua yang telah diparaf semua siswa sudah hafal sesuai dengan arahan sewal pertama kali kartu dibagikan
Hasil ini bila kita korelasikan dengan intensitas pertemuan guru dan murid ditambah hasil bimbingan siswa pada siklus I di kali jumlah jam aktifitas siswa yang menjadi tanggung jawab orang tua maka akan diperoleh hasil :
= { Σ jam sekolah + (Σ jam aktifitas di rumah x prosentase bimbingan)} x 100 %
Σ jam efektif aktifitas anak
= { 6 + (10 x 51%)} x 100 %
16
= 6 + 5,1 x 100 %
16
= 11,1 x 100 %
16
= 0,69375 x 100 % = 69,375 %
nilai korelasinya adalah : 69,375 % - 60, 33 % = 9, 045 %
Pada siklus II tingkat partisipasi orang tua mencapai 100 % dilihat dari kartu yang diparaf orang tua setelah adanya undangan konsultasi orang tua dengan guru. Namun setelah di cek ada 4 anak yang sudah diparaf orang tua tapi belum hafal kemungkinan orang tua asal paraf tanpa mengecek dulu kemampuan putranya. Namun bila dilihat dari kehadiran undangan konsultasi ada 7 walimurid yang tidak dating. Oleh karena untuk menentukan tingkat partisipasi orang tua, peneliti mengambil jalan tengah dengan mengabungkan dua kasus tersebut sehingga diperoleh besaran
100% - ( 4 anak + 7 orang tua yang tidak menghadiri undangan : 2) : Σ walimurid kelas IV A x 100%
= 100% - ((11 : 2 = 5,5 dibulatkan 6 : 37) x 100% )
= 100% - (0,1622 x 100 % = 16,22% )
= 87,78%
Adapun hasil belajar yang dicapai berdasarkan nilai ketuntasan klasikal adalah : nilai tulis 86 %, nilai praktik 86% dan nilai kemauan 89 % sehingga jika dirata-rata 87 %
= { Σ jam sekolah + (Σ jam aktifitas di rumah x prosentase bimbingan)} x 100 %
Σ jam efektif aktifitas anak
= { 6 + (10 x 87,78 %)} x 100 %
16
= 6 + 8,78 x 100 %
16
= 14,78 x 100 %
16
= 0,92375 x 100 % = 92,375 %
nilai korelasinya adalah : 92,375 % - 87 % = 5, 045 %
Dari ketiga nilai korelasi di atas diperoleh rata-rata nilai korelasi ( 2% + 9,045 + 5,045 %) : 3 = 5,53 %
Uji Korelasi antara kolaborasi bimbingan dan prosentase ketuntasan hasil belajar
Korelasi untuk sampel dinotasikan dengan r sedangkan untuk populasi dinotasikan ρ (baca rho). Uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel yang tidak menunjukkan hubungan fungsional (berhubungan bukan berarti disebabkan) Nugroho (2005:35). Uji korelasi tidak membedakan jenis variabel apakah variabel dependen maupun independen.
a. Koefisien Korelasi
Korelasi dinyatakan dalam % keeratan hubungan antar variabel yang dinamakan dengan koefisien korelasi, yang menunjukkan derajad keeratan hubungan antara dua variabel dan arah hubungannya (+ atau -).
b. Batas-Batas Koefisien Korelasi
Menurut Umar (2002:314) nilai koefisien korelasi berkisar antara –1 sampai +1, yang kriteria pemanfaatannya dijelaskan sebagai berikut:
1. Jika, nilai r > 0, artinya telah terjadi hubungan yang linier positif, yaitu makin besar nilai variabel X makin besar pula nilai variabel Y atau makin kecil nilai variabel X makin kecil pula nilai variabel Y.
2. Jika, nilai r < 0, artinya telah terjadi hubungan yang linier negatif, yaitu makin besar nilai variabel X makin kecil nilai variabel Y atau makin kecil nilai variabel X maka makin besar pula nilai variabel Y .
3. Jika, nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara variabel X dan variabel Y.
4. Jika, nilai r =1 atau r = -1, maka dapat dikatakan telah terjadi hubungan linier sempurna, berupa garis lurus, sedangkan untuk r yang makin mengarah ke angka 0 (nol) maka garis makin tidak lurus.
Untuk menguji tingkat korelasi antara kolaborasi guru dan walimurid dengan ketuntasan hasil belajar menggunakan Korelasi Pearson (product moment) Menurut Djarwanto (1996:172) koefisien korelasi diformulasikan, sebagai berikut :
Keterangan:
r : Koefisien korelasi yang dicari
Σxy : Jumlah perkalian variabel x dan y
Σx : Jumlah nilai variabel x , nilai kolaborasi bimbingan antara guru dan walimurid
Σy : Jumlah nilai variabel y , prosentasi ketuntasan hasil belajar
Σx2 : Jumlah pangkat dua nilai variabel x
Σy2 : Jumlah pangkat dua nilai variabel y
n : Banyaknya siklus
Kriteria untuk menyatakan bahwa korelasi kedua variabel adalah signifikan bila nilai r hitung ≥ r tabel. Product moment
Ditanya : Bagaimana hubungan antara ketuntasan hasil belajar dan tingkkat kolaborasi antara guru dan walimurid ?
Penyelesaian :
Hipotesis :
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ketuntasan hasil belajar dengan tingkat kolaborasi guru dan walimurid
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara ketuntasan hasil belajar dengan tingkat kolaborasi guru dan walimurid
Yang diteliti
n Kolaborasi (% )x Ketuntasan (%) y xy x2 y2
1 ( Pra siklus) 37,50 35,00 1312,50 1406,25 1225,00
2 ( Siklus I ) 69,38 60,33 4185,39 4812,89 3639,71
3 ( Siklus II ) 92,38 87,00 8036,63 8533,14 7569,00
Jumlah 199,25 182,33 13534,52 14752,28 12433,71
Kriteria pengujian :
Bila nilai rhitung≥ rtabel maka Ho ditolak dan bila nilai rhitung < rtabel maka Ho diterima
Dari tabel di atas dapat dihitung nilai rxy , dengan rumus standar deviasi sbb :
Kesimpulan :
Karena nilai rhitung 0,158 > dari nilai rtabel = 0,632 (α =5% dengan n=3 ), maka disimpulkan Ho ditolak, artinya “Terdapat korelasi yang signifikan antara kolaborasi guru dan walimurid dengan tingkat ketuntasan hasil belajar siswa.
Sehingga bisa dikatakan bahwa peran orang tua di rumah sangat menentukan hasil belajar anak di sekolah, sehingga bimbingan belajar model kolaborasi antara guru dan walimurid terbukti mampu meningkatkan kemampuan dan kemauan salat siswa kelas IVA SDN Muktiharjo Kidul 01 tahun 2010/2011 semester I
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Sebelum diterapkannya diterapkan bimbingan dengan kolaborasi antara guru dan walimurid secara konsisten diperoleh hasil tes tertulis nilai tertinggi 93,33, nilai terendah 20 dan rata-rata 52,43 ,dengan KKM 70 angka ketuntasan klasikal hanya 35,14 % dari 37 siswa muslim. Pada siklus I setelah diadakan penelitian tindakan kelas dengan penerapan bimbingan dengan kolaborasi antara guru dan walimurid secara konsisten diperoleh nilai komulasi tulis dan praktik rata-rata 76,56 dengan persentase ketuntasan klasikal 62,30 %. Dengan tingkat kolaborasi 69,38%. Pada siklus I nilai rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal sudah meningkat, tetapi persentase ketuntasan klasikal belum mencapai indikator keberhasilan. Siswa yang belum tuntas orang tuanya dipanggil untuk konsultasi tentang prestasi pembelajaran salat anaknya.
Selanjutnya diadakan siklus II dan diperoleh data yaitu hasil belajar siswa, nilai rata-rata komulasi tertulis dan praktik adalah 86,98 dengan ketuntasan klasikal mencapai 89,19 %. Pada siklus II terjadi peningkatan dan sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu nilai rata – rata kelas 70 dengan ketuntasan belajar klasikal 80 % dengan tingkat kolaborasi 92,38%
Simpulan dari hasil penelitian tindakan kelas ini adalah terbukti penerapan Kolaborasi bimbingan antara guru dan walimurid secara konsisten dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan salat anak kelas IV SDN Muktiharjo Kidul01 Pedurungan Semarang semester I tahun 2010/2011
B. Saran
1. Anak lebih percaya pada gurunya dari pada orangtuanya, sehingga apa kata gurunya cenderung untuk diikuti perintahnya, disisi lain intensitas pertemuan anak dengan gurunya sangat terbatas sehingga tidak dapat mengawasi muridnya sampai di rumah. Disislain intensitas orangtua lebih banyak dibanding gurunya, oleh karena itu guru dan walimurid berlu berkolaborasi dalam pembelajaran apapun.
2. Kolaborasi ini merupakan jalinan silaturrahim antara guru dan walimurid untuk saling bersinergi dalam mendidik anak-anaknya yang harus dilestarikan sampai kapanpun
3. Ketegasan sikap sangat diperlukan dalam menanamkan pembiasaan salat anak-anak sehingga anak menyadari bahwa salat merupakan tiang agama yang tak dapat digantikan dengan apapun dan siapapun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menegakkan salat merupakan rukun Islam kedua. Selain itu salat juga merupakan ruh agama dalam Islam, sehingga nabi Muhammad bersabda :
الصلاة عماد الدين فمن اقامها فقد اقام الدين ومن تركها فقد هدم الدين
“Salat adalah tiang agama, barang siapa yang menegakkan salat berarti telah menegakkan agama Islam dan barang siapa yang meninggalkannya berarati telah menghancurkan agama”.
Namun kesadaran salat bagi kaum muslimin masih sangat rendah sehingga banyak kita melihat orang yang mengaku dirinya Islam namun enggan melakukan salat. Padahal salat merupakan benteng moral bagi kaum muslimin. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
واقم الصلاة ان الصلاة تنهى عن الفخشاء والمنكر. سورة العنكبوت : 45
Artinya : Dan dirikanlah salat, sesungguhnya salat itu mencegah perbuatan keji dan munkar. (QS. Al Ankabut : 45)
Ibadah salat tidak dapat dilakukan begitu saja, melainkan harus dipelajari tatacara dan praktiknya sebagaimana yang telah Rasulllah contohkan. Rasulullah memerintahkan kepada orang tua agar mendidik anak-anaknya salat sejak dini :
مرواالصبي بالصلاة اذا بلغ سبع سنين واذا بلغ عشر سنين فاضربوه هليها . رواه الترميذي
Artinya : Suruhlah anaka-anak itu salat jika telah sampai tujuh tahun, dan jika telah sampai sepuluh tahun hendaklah kamu pukul jika meninggalkan salat. (HR. At Tirmizi)
Hadis di atas mengingatkan kepada orang tua agar mendidik putra/putrinya salat sejak berumur 7 tahun, dan harus bersikap tegas terhadap anaknya yang sudah berumur 10 tahun belum mau melakukan salat, bahkan kalau perlu memukulnya. Ini agar jangan sampai anak yang sudah memasuki akil balig belum mampu dan mau salat, karena banginya telah bertanggung jawab penuh atas amalnya sendiri.
Guru sebagai orang tua di sekolah juga berkewajiban mendidik siswanya salat sejak umur tujuh tahun. Hal ini telah diakomodasi dalam kurikulum KTSP tahun 2006 dimana salat diajarkan sejak kelas II sampai kelas IV SD. Setalah kelas V secara formal tidak diajarkan lagi tatacara salat.
Peneliti pada akhir tahun ajaran 2009/2010 pernah melakukan penelitian terhadap siswa kelas V yang akan naik ke kelas VI ternyata diperoleh hasil masih ada 30 (40%) dari 85 siswa kelas V anak yang belum mampu salat dengan benar. Penyebab utamanya adalah anak lebih patuh dan percaya terhadap gurunya dari pada kepada kedua orang tuanya sendiri, sehingga apa kata gurunya anak mematuhinya. Sedangkan intensitas pertemuan guru dan muiridnya lebih terbatas dibanding dengan orang tuanya di rumah. Untuk memaksimalkan pembelajaran salat di sekolah pada awal tahun pelajaran 2010/2011 penulis mencoba melakukan bimbingan salat terhadap siswa kelas IV SDN Muktiharjo Kidul 01 dengan bekerjasama dengan orang tua walimurid.
B. Permasalahan
Dari uraian di atas terdapat beberapa permasalah yang harus segera ditindaklanjuti oleh semua pihak agar semua siswa SDN Muktiharjo Kidul yang beragama Islam mampu dan mau melaksanakan salat dengan baik dan benar. Permasalahan tersenut yaitu :
1. Mengapa masih banyak siswa kelas V dan VI yang belum bisa salat ?
2. Apakah dengan kolaborasi bimbingan antar guru dan orang tua dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan salat anak ?
C. Pembatasan Masalah
Agar Penelitian ini lebih terfokus perlu adanya pembatasan masalah dengan hanya menggunakan dua variabel, yaitu variabel terikat dalam hal ini hasil belajar siswa kelas IVA Semester 1 SDN Muktiharjo Kidul 01 Pedurungan Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan mengambil materi Tatacara Salat Wajib Lima waktu.
Sedangkan sebagai variabel bebasnya adalah kolaborasi antara guru dan walimurid dalam membimbing salat siswa kelas IVA SDN Muktiharjo Kidul 01 Semester I tahun Pelajaran 2010 / 2011
D. Rumusan Masalah
Untuk mengatasi rendahnya keberhasilan pembelajaran salat yang selama ini dilakukan, peneliti mengajukan solusi “ Apakah dengan konsistesi kolaborasi antara guru dan walimurid dalam membimbing salat siswa dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan salat siswa IVA SDN Muktiharjo Kidul 01 Semester I tahun Pelajaran 2010 / 2011 ?”
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dalam penelitian ini, meningkatkan kesadaran kaum muslimin untuk menjadikan salat sebagai kewajiban dan kebutuhan hidup
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini, untuk mengetahui efektifitas pembelajaran salat di sekolah yang selama ini dilakukan dan selanjutnya melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemauan salat siswa kelas IVA Semester 1 SDN Muktiharjo Kidul 01 Pedurungan Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011 melalui konsistensi bimbingan salat secara kolaboratif antara guru dan walimurid
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Mendapatkan pengetahuan tentang tatacara salat yang benar sesuai dengan ajaran Islam bagi siswa kelas IVA Semester I SDN Muktiharjo Kidul 01 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011
b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Dengan adanya kolaborasi antar guru dan walimurid dalam membimbing siswa dalam pembelajaran salat, maka akan diperoleh manfaat :
a. Manfaat bagi siswa
1) Dapat melakukan salat dengan benar
2) Meningkatkan kesadaran bahwa salat merupakan suatu kewajiban dan kebutuhan bagi siswa
3) Meningkatkan motivasi belajar agama lebih lanjut
b. Manfaat bagi guru
1) Beban guru lebih ringan karena telah dibantu oleh orang tua di rumah
2) Guru dapat mengetahui tingkat keberagamaan keluarga siswa di rumah
3) Guru dapat melakukan pendekatan secara tepat terhadap siswa
4) Terjalin komunikasi antara guru dan wali murid
c. Manfaat bagi Orangtua / Walimurid
1) Dapat mengetahui dengan benar perkembangan dan kemampuan putra/putrinya
2) Menyadarkan bahwa kewajiban membimbing salat sepenuhnya adalah orang tua
3) Terjadi komunikasi antara anak dan orang tua
d. Manfaat bagi sekolah
1) Menyadarkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah, masyarakat dan keluarga
2) Akan tercipta suasana sekolah yang kondusif, harmonis dan agamis
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESA
A. Kajian Teori
1. Konsistensi Bimbingan Siswa
Konsistensi menurut kamus Besar bahasa Indonesia artinya “ tidak berubah ubah/ketetapan dan kemantapan dalam bertindak” (KBBI ,2005: 589)
Bimbingan artinya “petunjuk cara mengerjakan sesuatu/tuntunan” (KBBI,2005: 152) Membimbing merupakan tugas utama seorang guru, yaitu membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. (Moh Uzer Usman, 1992: 16)
Siswa atau murid yaitu orang(anak) yang sedang berguru/belajar/bersekolah (KBBI,2005:765) sedangkan belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan antar individu dengan lungkungannya.Kriteria keberhasilan dalam belajar yaitu ditandai dengan adanya terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.
Pendidikan merupakan pembimbingan seseorang kearah dewasa, baik secara biologis,baik secara ekonomis, baik secara sosiologis. Seseorang yang dewasa harus mempunyai skill life atau kecakapan hidup sehingga dia tidak menjadi beban bagi orang lain, Dia harus mempunyai kepribadian yang mandiri sehingga setiap tantangan, rintangan dan persoalan hidup dapat menerima dengan tenang, kemudian menghadapi dengan cermat, dan mengatasi serta memecahkannya dengan bijaksana. ( Moh Uzer Usman, 1992 : 2)
Dalam membimbing anak agar mampu dan mau melaksanakan salat dengan benar Rasulullah telah memerintahkan “didikalah anak-anakmu salat sejak berumur 7 tahun, dan pukullah setelah 10 tahun”. Perintah Rasulullah ini memiliki maksud agar dalam mendidik anak tidak secara instant, melainkan bertahap, kontinyu dan konsisten dari umur 7 tahun. Usia 7 tahun bagi anak merupakan golden age dimana anak memiliki kepekaan untuk meniru dan mencontoh apa yang ia lihat dan dengar. Maka apabila dibimbing salat secara konsisten selama 3 tahun insya allah anak akan dapat salat dengan baik dan benar dan mau melaksanakannya dengan penuh kesadaran. Namun apabila sudah dibimbing lebih dari 3 tahun perlu adanya evaluasi dan refleksi untuk melakukan tindakan yang lebih tegas, kalau perlu dipaksa bahkan memukulnya sehingga jangan sampai anak belum mampu dan mau salat saat memasuku masa akil balig. Karena setelah balig anak sudah harus bertanggung jawab sendiri atas amal ibadahnya.
Kalau sampai ada anak muslim yang tidak salat, pada hakekatnya adalah kesalahan sang pendidik sebagaimana yang dikatakan Rasulullah SAW “ setiap anak lahir dalam keadaan suci, maka sebenarnya kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak itu apakah menjadi Yahudi, atau nasrani atau majusi “
Jadi konsistensi bimbingan siswa, yaitu bimbingan kepada siswa secara terus menerus sesuai dengan aturan yang benar sehingga tercapai tujuan belajar siswa
2. Kolaborasi antara Guru dan Walimurid
a. Kolaborasi
Kolaborasi artinya melakukan kerjasama Menurut undang-undang pendidikan, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan sekolah. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama yang harmonis antara ketiganya untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas.
Dalam hal pembelajaran salat juga harus ada kerja sama yang baik antara guru dan orang tua. Oleh karena itu disini perlu dibahas peran orang tua dan guru dalam pendiidikan
b. Orangtua / walimurid
Orang tua adalah orang yang melahirkan, sedangkan walimurid adalah orang yang menjamin dan bertanggung jawab terhadap anak di sekolahnya. (KBBI, 2005:1267)
Orang tua memegang peranan yang paling penting dalam pendidikan di lingkungan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan atau kepanjangan tangan dari orang tua. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
Menurut Drs.H. Fuad Ihsan, tugas dan tanggung jwab orang tua di keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, latihan ketrampilan, dan pendidikan kesosialan. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusis dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan ini serta cara pendidikan dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh kembangnya watak, budi pekerti serta kepribadiantiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima di dalam keluarga inilah yang kan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah (Fuad Ihsan, 1995 : 570
c. Guru
Guru merupakan kepanjangan tangan dari orang tua untuk melakukan salah satu tugasnya yaitu mendidik anak. Oleh karena itu guru mempunyai skill life atau kecakapan hidup sehingga dia tidak menjadi beban bagi orang lain, Dia harus mempunyai kepribadian yang mandiri sehingga setiap tantangan, rintangan dan persoalan hidup dapat menerima dengan tenang, kemudian menghadapi dengan cermat, dan mengatasi serta memecahkannya dengan bijaksana.
Hakikat belajar mengajar: menurut Abu Ahmadi hakikat mengajar itu ada beberapa jenis:
1) menanamakan pengatahuan kepada anak,
2) menyampaikan pengetahuan dan kebudayaan kepada anak,
3) suatu aktivitas mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi prases belajar.
Guru sebagai salah satu sumber belajar.Guru yang membimbing harus orang kompeten, pendidik yang kompeten adalah guru yang mempunyai kesadaran kependidikan yang tinggi dan memenuhi syarat -syarat seorang guru yang baik.
Kesadaran kependidikan.Menurut J. Murry Lee dalam bukunya” Elementry Education to day and tomorrow, bahwa pada seorang guru sebagai anggota profesi hendaklah terdapat kesadaran profesi seabagai berikut:
1). Kesadaran pertama, adalah kesadaran pelayanan profesi mengemban tugas untuk kepentingan masyarakat. Kesadaran ini diterapkan dan tercermin dalam prilaku di Sekolah dan luar sekolah.
2). Kesadaran kedua, adalah kesadaran profesi guru menuntut kompetensi intelektual dan keterampilan profesi yang cukup tinggi, hal ini berarti adanya kesadaran untuk meniglkatkan harkat, martabat dan wibawa profesi.
3). Kesadaran ketiga, adalah kesadaran tentang jaminan terhadap masyarakat bahwa kita mampu untuk melaksanakan tugas mengajar dengan baik, berarti seorang guru mempunyai rasa percaya diri yang tinggi.
4). Kesadaran keeempat, adalah kesadaran untuk berorganisasi untuk kepentingan meningkatkan aktifitas dan pertumbuhan professional.
Syarat-syarat untuk menjadi guru yang baik.Untuk menjadi guru yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1). Ijazah guru. Seorang guru/pendidik haruslah mempunyai Ijazah guru, karena ijazah ini merupakan bukti otentik bahwa seseorang itu telah mempunyai dasar keguruan.
2). Sehat jasmani dan rohani.Pendidik haruslah sehat jasmaniyah dan rohaniyah yang dibuktikan dengan keterangan dokter. Hal ini penting sebab orang yang tidak sehat tidak mungkin melaksanakan tugasnya dengan baik dan teratur, apalagi tugas yang berat karena menyangkut masyarakat.
3). Mempunyai kepribadian yang baik.Pendidik merupakan contoh hidup( living example) bagi peserta didik, oleh sebab itu gurulah yang lebih dahulu menerapkan norma-norma yang terpuji yang tercermin dalam perbuatannya.
4). Memiliki rasa tanggungjawab,Pendidik haruslah orang yang bertanggungjawab dapat meninggalkan norma daerah dan kelompok untuk kepentingan nasional. Sehingga setiap permasalahan dapat dilihat dalam konteks yang luas.
Sikap dan sifat-sifat guru yang utama sebagai pendidik yang baik haruslah memiliki sikap mental dan sifat-sifat yag utama. Sikap dan sifat utama ini akan menjadikan seseorang itu mempunyai wibawa sehingga orang berkeinginan untuk mengikutinya. Sesuai dengan tugas Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia seabagai pendidik yang ulung, dengan sabdanya: “ sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia ( H.R Bukhari dan Muslim).Sikap dan sifat-sifat utama itu merupakan kunci kesuksesan seorang pendidik dalam menjalankan tugasnya. Sikap dan sipat itu antara lain:
1). Adil.Pendidik haruslah menerima muridnya secara adil, guru tidak membedakan murid yang pintar dengan yang bodoh, yang cakap dengan yang kurang cakap, sehingga murid merasa diperlakukan sama dan secara adil.
2). Percaya dan cinta kepada anak didik dalam arti yang positif.Pendidik haruslah mempercayai murid bahwa mereka mampu mandiri, Guru harus menyenangi murid dalam arti yang positif, sehigga kegiatan akan berjalan dengan penuh kedamaian. Guru harus mempunyai suatu keyakinan bahwa murid mempunyai kata hati yang cendrong kepada yang baik, tetapi kata hati murid masih lemah oleh sebab itu guru mengembangkan dan membimbingnya supaya mempunyai kepribadian mandiri.
3). Sabar dan rela berkorban.Pendidik haruslah mempunyai kesabaran yang tinggi, sebab seorang pendidik menghadapi manusia yang terdiri dari berbagai latar belakang kehidupan yang berbeda, kemauan yang beragam, watak dan kecendrongan yang berbeda pula. Karena orang yang sabar disayang Allah, sesuai dengan firmannya berbunyi: “ Sesungguhnya Allah Cinta orang yang sabar” ( Q.S. Al-Baqoroh 153).
4). Mempunyai kewibawaan terhadap murid.Kewibawaan adalah pengakuan murid terhadap kelebihan gurunya sehingga mereka terdorong untuk meniru dan mengikutinya dengan sukarela.
5). Guru harus cerah dan riang.Seorang guru harus cerah dan riang sehingga murid tidak terperangkap dengan perasaan yang tertekan. Mereka akan belajar sambil bermain untuk mencapai tujuan pendidikan.
6). Bersikap baik terhadap guru lainnya.Rekanan guru adalah merupakan kelompok pendidik yang saling mengisi dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Kalau dewan guru atau rekanan guru tidak sejalan dalam mendidik murid, sama halnya laksana dua orang yang satu membangun yang lainnya meruntuhkan, tak mungkinlah gedung akan berdiri. Demikian pulalah rekanan guru yang tak searah, menimbulkan masalah baru, yang akhirnya akan menghambat pencapaian tujuan.
7). Bersikap baik terhadap masyarakat.Masyarakat adalah partner guru dalam melaksanakan tugasnya. Tanpa kerjasama masyarakat dengan guru sulitlah untuk melaksanakan pendidikan dengan baik. Karena pada hakikatnya guru itu pengabdi dan pelayan masyarakat.
8). Guru harus menguasai materi yang diajarkan.Penguasaan bahan ajar merupakan keharusan bagi guru, karena tanpa penguasaan materi yang sempurna akan menimbulkan kehilangan wibawa seorang guru. Bila murid tahu kelemahan gurunya maka akan terjadilah suasana yang tidak serasi. Kalau hal ini terjadi berlarut-larut akan menimbulkan dampak negative pada hasil belajar murid.
9). Guru harus suka pada mata pelajarannya.Pendidik harus menyenangi pelajaran yang diajarkan, sehingga akan mudah mempersiapkan dan melaksanakan. Pelajaran yang disenangi akan berhasil lebih baik ketimbang pelajaran yang dibenci, karena pelajaran yang disenangi guru menjadikan proses belajar mengajar yang lebih hidup dan gembira.
10). Guru harus mempunhyai pengetahuan yang luas.Dalam masyarakat tertentu guru dianggap serba tahu segala hal, tempat bertanya kalau tak mengetahui, tempat mencari informasi dansebagainya. Kecewalah masyarakat bila guru panutannya mempunyai banyak kelemahan.
Azas didaktik Dalam Kegiatan belajar hendak memperhatikan pengajaran (azas didaktik) antara lain :
1) Harus ada pemusatan perhatian sehingga semua potensi yang ada pada diri peserta didik dapat berfungsi dengan maksimal.
2) Harus ada keaktifan peserta didik harus aktif dalam proses belajar mengajar, keaktifan itu menunjukan dalam jiwa siswa itu ada proses.
3) Kegiatan belajar mengajar itu harus ada bahan yang diragakan sehingga dapat dilihat oleh siswa,
4) Memperhatikan kemampuan peserta didik.
5) Korelasi dan konksentrasi,
6) Praktis dan efesien
Jadi yang dimaksud kolaborasi antara guru dan orang tua yaitu kerjasama antara guru dan orangtua untuk mengantarkan siswa mencapai tujuan.
3. Kemampuan dan Kemauan Salat Lima Waktu
a. Kemampuan dan Kemauan
Kemampuan yaitu kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melakukan sesuatu. (KBBI,2005:707). Seseorang bisa dikatakan mampu apabila dapat mengetahui, memahami dan mempraktekkannya sesuai dengan aturan yang benar secara teoritis.
Menurut Chaplin (1997,p.34), "ability ((kemampuan). kecakapan. ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan". "Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasiI latihan atau praktek''. (Robbins, 2000. p. 46)
Dan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan (abilty) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasiI latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya.
Lebih lanjut Robbins (2000, p. 46-48) menyatakan hahwa kemampuan terdiri dari dua faktor yaitu:
a. Kemampuan intelektual (Intelectual ability)
Merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental. Kemampuan ini merupakan kemampuan kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan
b. Kemampuan fisik (Physical ability)
Merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik. Kemampuan ini bersifat motorik yang berhubungan dengan praktik.
Kemauan artinya apa yang dimaui, keinginan, kehendak maksudnya yaitu mau melaksanakan sesuatu dengan penuh kesadaran tanpa harus dipaksa atau dipengaruhi. Abdullah Al Muzammi dalam artikelnya “ Kemauan” dalam Pengantar Psikologi Umum karya Prof. F.Patty, MA dkk , Kemauan ialah usaha aktif menuju pelaksanaan suatu tujuan. Pada umumnya tujuan yaitu titik akhir dari pada gerakan yang menuju kesuatu arah, tetapi tujuan kemauan adalah melaksankan suatu tujuan. Seperti tujuan yang wajar, saya ingin makan sebab saya lapar (tiap orang ingin makan bila lapar). Dan tujaun yang di tetapka secara eksplisit seperti : saya mau menjadi guru (tidak setiap orang mau menjadi guru, ada yang mau menjadi dokter ada juga yang mau menjadi insinyur. Jadi tujuan ekspelsit itu tujuan yang dimikiki seseorang yang orang lain belum tentu memiliki tujuan yang sama. Yang kedua aspek dari sebuah kemauan di persatukan dalam pengertian umum usaha. Teori psikologi kesadaran mengatakan bahwa titik berat suatu kemauan itu sendiri di buat oleh manusia itu sendiri. Sedangkan bila menitik beratkan aspek kewajaran, maka kita akan besandar pada teori kemauan biologis. Teori kemamuan biologi mengatakan kemauan sebagai akibat nafsu dan insting
Kemampuan dan kemauan inilah yang merupakan hasil belajar yang sebenarnya. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dalam tulisan ini, yang hendak dikemukakan adalah persoalan perbuatan yang disadari, karena perbuatan inilah yang terjadi secara jelas melalui proses tertentu di dalam jiwa dan berhubungan dengan pengungkapan diri. Perbuatan yang disadari, disebut juga dengan perbuatan bebas (ikhtiyaari), perbuatan semacam ini menurut Al Ghazaly terjadi setelah melalui tiga tahap peristiwa dalam diri manusia, yaitu pengetahuan, kemauan (al iradat) dan kemampuan (al qudrat).
Yang lebih dekat diantara ketiga tahap itu dengan wujud perbuatan adalah al qudrat. Al qudrat adalah daya penggerak dari jiwa sensitive yaitu makna yang tersimpan dalam otot-otot. Ia adalah momen terakhir yang secara langsung berhubungann dengan wujud perbuatan. Fungsi al qudrat pada dasarnya ialah menggerakkan tubuh. Bentuk gerakan tubuh ditentukan oleh kemauan atau iradat. Berdasarkan salah satu kecenderungan yang inheren didalamnya: positif atau negatif. Positif sebagai reaksi terhadap yang menguntungkan dan negatif sebagai reaksi terhadap hal yang merugikan.
Dengan pengertian ini, semestinya pada al iradat terdapat kegiatan memilih. Al iradat (kemauan) mempunyai intensitas kepada proses sesudahnya al qudrat. Artinya ia bersifat aktif terhadap al qudrat, sehingga yang disebut terakhir ini menjadi aktual, tidak sekedar potensi. Al iradat tidak mempunyai intesitas kepada proses sebelumnya, yaitu pengetahuan, sebagaimana al qudrat tidak mempunyai intensitas kepada iradat. Al qudrat hanya mempunyai intensitas kepada wujud perbuatan. Berbeda dengan al qudrat, al iradat mempunyai "kekuasaan" yang lebih besar karena ia tidak menerima perintah dari daya sebelumnya, ia mempunyai inisiatif memilih, al iradat menentukan pilihannya berdasarkan pengetahuan.
Dalam tulisan ini, yang hendak dikemukakan adalah persoalan perbuatan yang disadari, karena perbuatan inilah yang terjadi secara jelas melalui proses tertentu di dalam jiwa dan berhubungan dengan pengungkapan diri. Perbuatan yang disadari, disebut juga dengan perbuatan bebas (ikhtiyaari), perbuatan semacam ini menurut Al Ghazaly terjadi setelah melalui tiga tahap peristiwa dalam diri manusia, yaitu pengetahuan, kemauan (al iradat) dan kemampuan (al qudrat). (Abu Sungkan, 2000, Berguru Kepada Allah, Majlis Dzikrullah)
b. Salat Wajib Lima Waktu
Asal makna salat yaitu do’a, menurut fiqh yaitu ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram, disudahi dengan salam dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan. (Sulaiman Rasyid, 2006: 53) Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, salat adalah rukun Islam kedua berupa ibadah kepada Allah wajib dilakukan oleh setiap muslim mukallaf, dengan syarat, rukun, dan becaan tertentu dimulai dengan takbiratul ihram diakhiri dengan salam (KBBI,2005: 983)
Tatacara salat yang benar, adalah tatacara salat yang telah dicontohkan oleh Rasululla “ salatlah kamu sekalian, sebagaimana kamu melihat aku salat” Salat hendaklah dilakukan dengan khusyu’ yaitu sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi. Firman Allah : “ berbahagilah orang-orang mukmin, mereka itu yang salatnya khusyu’…” Salat yang diwajibkan bagi umat Islam adalah salat lima waktu yaitu salat Subuh, Zuhur, Asar, Magrib dan Isya’
Sebaliknya orang yang mengaku dirinya muslim tapi tidak salat itu sama halnya dengan orang kafir. Sabda nabi : “Perjanjian yang merupakan perbedaan dengan orang kafir adalah mengerjakan salat. Maka barang siapa yang meninggalkan salat ia adalah kafir”. Bahkan orang yang membiarkan keluarganya meninggalkan salat termasuk orang yang meremehkan agama Allah. Apabila ada anggota keluarga yang telah diingatkan namun tetap tidak mau salat maka harus kita keluarkan dari anggota keluarga kita dan harus dijauhi. Ia adalah setan yang berubah tubuh menjelma menjadi manusia. ( Imam Abdulloh Ba’lawi al Hadad,Trj.Moh Abdai Rathomy, 1981 :391)
Sholat adalah tiangnya agama Islam, sholat merupakan amal yang pertama kali dipertanggungjawabkan nanti di hari kiamat, bila sholatnya baik maka amal yang lain jadi baik, jika sholatnya rusak maka amal yang yang lain jadi tercemar. Sholat dicanangkan oleh Allah SWT untuk membentuk kepribadian seorang muslim yang tangguh, dalam sholat Allah mengajarkan hidup disiplin, hidup sabar,bermasyarakat, mengajarkan hidup sehat, hidup bersih lahir dan batin, menahan diri dan pengendalian diri, berkomunikasi dengan Khaliknya.
Jadi yang dimaksud kemempuan dan kemauan salat disini adalah anak mengetahui tatacara dan mampu melaksanakan salat dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah serta mau melaksanakannya setiap hari dengan penuh kesadaran.
B. Kerangka Berfikir
Kondisi awal guru belum menerapkan bimbingan salat siswa dengan kolaborasi antara guru dan orang tua walimurid. Pembelajaran salat dilakukan dari kelas II sampai kelas IV dilakukan sesuai dengan acuan kurikulum KTSP dan ditambah dengan pembiasaan membaca bacaan salat sebelum pelajaran agama Islam dimulai. Namun hasilnya kurang maksimal karena setelah dicek secara cermat dengan menggunakan cek point kompetensi salat masih banyak siswa kelas IV yang belum lulus salatnya Semester I tahun Pelajaran 2010/2011. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti mengadakan bimbingan secara kolaboratif dengan orang tua walimurid secara terus menerus sehingga anak kelas IV A benar-benar mampu dan mau melaksanakan salat 5 waktu dengan penuh kesadaran.
C. Pengajuan hipotesa
Dari kerangka berfikir peneliti mangajukan hipotesa “ apakah dengan adanya konsistensi bimbingan dengan model kolaborasi antara guru dan orang tua walid dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan salat siswa kelas IVA SDN Muktiharjo Kidul 01 semester I tahun pelajaran2010/2011 ?
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas IVA SDN Muktioharjo Kidul 01 yang berjumlah 38 anak terdiri dari 2 siswa beragama Kristen dan 36 beragama Islam dan 19 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki pada semester I tahun pelajaran 2010/2011 di SDN Muktiharjo Kidul 01. Peneliti merencanakan waktu penelitian ini selam 2 bulan, yaitu bulan November dan Oktober 2010
B. Sumber Data
Sumber data penelitian diambil dari kartu bimbingan, angket dan hasil uji praktek salat siswa kelas IVA SDN Muktiharjo Kidul 01 semester I tahun pelajaran 2010/2011
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data kuantitatif dan kualitatif dalam konsistensi bimbingan secara kolaboratif antara guru dan orang tua/walimurid siswa diperlukan instrumen. Beberapa instrumen yang digunakan adalah:
1. Lembar observasi Proses belajar mengajar (PBM). Instrumen ini digunakan untuk memperoleh gambaran kondisi pemahaman siswa.
2. Lembar observasi tanya jawab. Lembar ini digunakan untuk merekam semua pertanyaan maupun jawaban yang dicatat guru.
3. Angket yang harus diisi oleh orang tua untuk mengetahui kualitas dan kuantitas salat anak di rumah
4. Learning log. Instrumen ini merupakan catatan refleksi dan kritis fenomena kelas dari siswa tentang keterlibatannya dalam proses pembelajaran.
5. Lembar hasil pencapaian kinerja guru. Instrumen ini berisi tentang catatan tahap demi tahap pencapaian kinerja guru dalam sikius I dan II.
6. Kartu bimbingan salat yang harus ditanda tangani oleh orang tua dan guru sebagai bukti adanya kolaborsi antara guru dan orang tua .
7. Cek poin kopetensi solat, sebagai media penilaian praktis salat siswa
D. Validasi Data
Validitas dan reabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan practical validity. Bentuk practical validity yang dipakai peneliti adalah face validity dan critical reflection.
E. Analisa Data
Untuk menganalisa data bentuk yang digunakan kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif menggunakan Analisis Diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1 dan nilai tes setelah siklus 2. Pembelajaran dapat dinyatakan berhasil dengan target ketuntasan 90% siswa mampu dan mau salat dengan benar dan penuh kesadaran dari seluruh siswa muslim kelas IV A yang berjumlah 37 siswa
Data kualitatif hasil pengamatan maupun wawancara menggunakan analisis diskriptif berdasarkan hasil observarsi dan refleksi dari tiap-tiap siklus
F. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas satu kali tatap muka. Setiap tatap muka melakukan kegiatan pembelajaran dari materi konsep/sub-konsep. Waktu yang diperlukan kurang lebih 3 jam pelajaran. Kegiatan-kegiatan dalam setiap tindakan meliputi perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan perenungan (reflecting).
Sikius I
Materi pelajaran pada siklus ini pokok bahasan Salat Wajib Lima Waktu. Media otentik yang dipakai demontrasi salat secara langsung. Langkah-langkah dalam siklus I adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan dalam siklus ini meliputi
a. Menyusun RPP dengan materi “Ketentuan Salat”,
b. Merancang pembelajaran praktik salat
c. Merancang kolaborasi antara guru dan walimurid
d. Membuat blanko bimbingan salat
e. Membuat soal uji praktik salat dalam bentuk penilaian cekpoint
f. Merancang lembar observasi
g. Membuat panduan wawancara dengan murid dan walimurid
2. Pelaksanaan (Acting)
Menghafalkan bacaan salat sudah dimulai sejak kelas II Semester I , dibaca sebagai pembiasaan setiap sebelum memulai pelajaran Agama Islam. Dalam penelitian ini, yang menjadi obyek penelitian Pelaksanaan KBM adalah materi Ketentuan salat wajib 5 waktu Kelas IV Semester I tahun 2010/2011. Pelaksanaannya meliputi :
a. Menjelaskan Ketentuan-ketentuan salat
b. Membagikan kartu bimbingan salat di rumah , walimurid membubuhkan paraf pada komtensi yang telah dikuasai anak
c. Guru menguji kompetensi yang telah diparaf oleh walimurid apabila telah benar guru membubuhkan paraf, apabila belum benar guru menugaskan lagi untuk mengulangi bimbingan dengan walimurid
d. Praktik salat bersama-sama dengan bimbingan guru di sekolah
e. Mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang ketentuan salat.
f. Uji praktik salat seca individual
g. Wawancara dengan walimurid
h. Membuat kesimpulan hasil belajar pada materi tersebut
3. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berasal dari :
a. observasi perilaku guru dan aktivitas siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar melalui lembar pengamatan.
b. Wawancara guru dengan murid dan walimurid
c. Kartu bimbingan salat
d. Hasil tes praktik salat
'Validasi hasil dilakukan dengan kuarted dari siswa, guru, guru mitra dan wali murid .
4. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan ini meliputi menganalisis data kuantitatif maupun kualitatif dari hasil observasi dengan instrumen yang telah ada. Hasil analisis digunakan untuk melihat hasil tindakan baik positif maupun negatif dan untuk menentukan tindak lanjut siklus berikutnya. Dari hasil penelitian pada siklus I , peneliti mengambil tindakan berupa perlunya kolaborasi antara guru dan walimurid secara intensif dalam membimbing salat siswa.
Sikius II
Kegiatan dalam siklus II meliputi:
1. Perencanaan ulang (Replaning)
a. Menyusun RPP dengan materi “Ketentuan Salat”,
b. Merancang pembelajaran praktik salat
c. Merancang kolaborasi antara guru dan walimurid
d. Membuat blanko bimbingan salat
e. Membuat soal uji praktik salat dalam bentuk penilaian cekpoint
f. Merancang lembar observasi
g. Membuat panduan wawancara dengan murid dan walimurid
2. Pelaksanaan (Acting)
a. Membagi kartu bimbingan
b. Pemanggil orang tua/walimurid bagi anak yang belum bisa salat sama sekali
a. Menjelaskan syarat, rukun, sunnah dan yang membatalkan salat
b. Praktik latihan salat bersama
c. Mengecek hasil bimbingan orang tua, yang sudah benar diparaf yang belum benar diulangi pertemuan berikutnya
d. Tes praktik salat individual
3. Pengumpulan Data (Observing)
Data yang dikumpulkan berasal dari :
a. observasi perilaku guru dan aktivitas siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar melalui lembar pengamatan.
b. Wawancara guru dengan murid dan walimurid
c. Kartu bimbingan salat
d. Hasil tes praktik salat
'Validasi hasil dilakukan dengan kuarted dari siswa, guru, ,guru mitra dan wali muri
4. Refleksi (Reflecting)
Kegiatan ini digunakan untuk melihat hasil tindakan terhadap kekurangan yang terjadi pada siklus II dan untuk menentukan tindak lanjut pada siklus berikutnya.
Proses penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan pembelajaran yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain. Adapun bagan model dalam pelaksanaan siklus sebagai berikut:
JADWAL PENELITIAN
No KEGIATAN MINGGU KE……..
SIKLUS I SIKLUS II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Perencanaan √ √
2 Proses pembelajaran √ √ √
3 Evaluasi √ √
4 Pengumpulan Data √ √
5 Analisis Data √ √
6 Penyusunan Hasil √ √
7 Pelaporan Hasil √
Catatan : (Tabel : 1 )
Penelitian dimulai dari tanggal 16 Oktober 2010
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data Awal
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDN Muktiharjo Kidul 01 dengan materi “Ketentuan Salat” yang diajarkan dengan menggunakan metode demontrasi dan bimbingan kolaborasi antara guru dan wali murid bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kemauan salat siswa. Hasil penelitian ini diperoleh dari data awal pada saat observasi, tindakan kelas pada siklus I dan tindakan kelas siklus II. Hasil penelitian terdiri dari hasil tes (praktik dan tes tulis) dan non tes . Hasil tes tindakan siklus I dan tindakan siklus II yaitu berupa hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada materi “Ketentuan Salat” dengan menggunakan metode bimbingan kolaborasi antara guru dan walimurid. Hasil non tes berupa keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung baik di sekolah maupun di rumah yang diperoleh melalui lembar interview keaktifan siswa dan lembar observasi kinerja guru.
Pembelajaran salat sesuai dengan kurikulum KTSP dimulai sejak kelas II semester II sampai kelas IV semester I, oleh karena itu sebagai data awal para siklus, peneliti melakukan tes penjajagan dengan materi kelas II dan III sebagai dasar pijakan merumuskan Rencana Pembelajaran siklus I
Tabel 2 : Data pra siklus diambil dari hasil tes ulangan harian.
No Hasil Tes Pra Siklus Data
1 Nilai tertinggi 93.33
2 Nilai terendah 20
3 Nilai rata – rata kelas 52.43
4 Jumlah siswa tidak tuntas 24
5 Jumlah siswa tuntas 13
6 Persentasi ketuntasan belajar (%) 35%
Sumber : Data Hasil Penelitian 2010 ( Lampiran 1.)
Data pra siklus diambil dari hasil tes tes penjajagan sebelum melakukan KBM, berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai tertinggi 9.33 ,nilai terendah 20 nilai rata – rata kelas hanya mencapai 52.43 belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), sedangkan KKM untuk mata pelajaran Ppendidikan Agama Islam yaitu 70. Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 24 siswa atau 64.86% dan jumlah siswa yang tuntas belajar 13 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 35.14%.
2. Hasil Penelitian Siklus I
Penelitian yang dilaksanakan di kelas IVA SDN Muktiharjo Kidul 01 merupakan sebuah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan ini terdiri dari dua siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Siklus I dilaksanakan 3 x pertemuan ( 3 x 3 jam pelajaran x 30 menit) yaitu setiap hari Selasa tanggal 26 Oktober , 02 dan 09 November 2010.
Adapun kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran pada siklus I yang meliputi tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Sebelum melaksanakan pembelajaran pada siklus I peneliti bersama guru merencanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan penelitian yang telah disusun pada metode penelitian, yang meliputi penyususnan RPP, membuat media pembelajaran, penyusunan lembar interview dan lembar observasi kinerja guru dan penyusunan soal evaluasi tulis dan praktik. Penyusunan tes evaluasi tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan teori dan praktik salat. Soal tulis terdiri dari 20 soal isian dan soal praktik berbentuk cek point. Sedangkan untu mengetahui sejauh mana kemauan anak melaksankan salat diambil dari hasil interview
b. Tindakan (Acting)
Pertemuan pertama, tanggal 26 Oktober 2010, peneliti menyampaikan materi ketentuan salat secara teori dan praktik, dilanjutkan membagi kartu bimbingan salat di rumah dan lembar interview untuk diisi di rumah.
Pertemuan kedua, 02 November 2010, peneliti mengecek setiap siswa hasil bimbingan salat di rumah bila sudah bisa di paraf, bila belum bisa minta untuk diulangi bimbingan lagi di rumah sampai bisa. Siswa yang lain latihan soal di LKS pada bab Ketentuan Salat,
Pertemuan ketiga, 09 November 2010, uji kompetensi praktik dan tulis, hasilnya disampaikan kepada orang tua/ walimurid . bagi siswa yang hasilnya sangat kurang walimuridnya dipanggil untuk konsultasi pada hari Sabtu tanggal 13 November 2010.
c. Pengamatan (Observing)
Tahapan pengamatan, peneliti mengamati proses pembelajaran yang berlangsung dengan mencatat temuan-temuan yang ada pada lembar pengamatan yang telah tersedia. Ada empat aspek yang peneliti amati dalam proses pembelajaran Ketentuan salat dengan model bimbingan kolaborasi antara guru dan walimurid yaitu :
1) Aspek kinerja guru
2) Aspek keaktifan siswa di sekolah
3) Aspek bimbingan Walimurid
4) Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
1) Aspek kinerja guru
Tabel 4: Hasil Analisis Aspek Kinerja Guru Siklus I
NO ASPEK YANG DIAMATI SKOR
1 2 3 4
A PRA PEMBELAJARAN
1 Kemampuan Mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai √
2 Kemampuan memberikan apersepsi untuk memotifasi siswa √
3 Kemampuan memyampaikan tujuan dan indikator yang ingin dicapai √
B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
4 Penguasaan materi pembelajaran √
5 Interaksi saat pembelajaran √
6 Penguasaan metode pembelajaran √
7 Pemanfaatan sumber media pembelajaran √
8 Kemampuan pengelolaan kelas √
C PENUTUP
9 Kemampuan guru menyimpulkan materi √
10 Kemampuan guru memberikan tugas dan evaluasi pembelajaran √
Total skor 31 %
Prosentase 77,5 %
Sumber : Data Hasil Penelitian 26 Oktober, 02, 09 Nov 2010 ( lampiran )
Skor maksimal : 10x4 = 40
% =
%r =
= 77,5%
Hal yang diamati oleh peneliti terhadap kinerja guru pada pelaksanaan pembelajaran Salat dengan menggunakan metode kolaborasi bimbingan salat antara guru dan walimurid
Pada siklus I adalah berbagai kemampuan guru dalam merencanakan dan melakukan tindakan dalam kelas. Guru belum mampu mengkodisikan siswa secara menyeluruh sebelum pembelajaran dimulai, dalam menyampaikan apersepsi guru belum bisa memotivasi siswa seluruhnya,dalam menyampaikan tujuan dan indikator guru sudah baik sesuai dengan RPP dan silabus, penguasan materi untuk bimbingan salat di rumah cukup baik namun sesekali masih melihar buku waktu menerangkan. Penguasaan metode demonstrasi , sumber dan media pembelajaran serta pengelolaan kelas guru sudah baik namun belum seluruhnya siswa aktif. Diakhir pembelajaran guru memberikan tugas bimbingan salat dengan walimurid di rumah untuk persiapan siswa melaksanakan uji praktik. Berdasarkan tabel diatas kinerja guru tergolong dalam kategori cukup dengan jumlah skor 31 dengan persentase 77,5 %.
2) Hasil Pengamatan tentang Keaktifan Siswa
Tabel 3 : Hasil Analisis Aspek keaktifan Siswa Siklus I
NO ASPEK YANG DIAMATI SKOR
1 2 3 4
1 Berapa prosen rata-rata kehadiran siswa dalam pelajaran PAI ? √
2 Bagaimana antusias siswa pada saat proses belajar mengajar ? √
3 Bagaimana keberanian siswa menyampaikan pertanyaan atau tanggapan √
4 Bagaimana keberanian siswa mempraktekkan salat di depan kelas ? √
5 Bagaimana ketepatan waktu mengerjakan soal evaluasi √
Total skor 14
Persentase (%) 70%
Sumber : Data Hasil Penelitian Siklus I tanggal 26 Oktober 2010 ( lampiran )
Skor maksimal : 5 x 4 = 20
% =
% =
=70 %
Pada pelaksanaan siklus I, secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode bimbingan kolaborasi pada materi Ketentuan Salat sudah berjalan dengan baik. Semua siswa kelas IVA SDN Muktiharjo Kidul 01 hadir dalam pembelajaran Salat pada siklus I. Keaktifan siswa dalam pembelajaran Salat dengan Metode Kolaborasi bimbingan dapat dilihat dari tabel diatas aspek kehadiran pada siklus I seluruh siswa hadir, aspek antusias siswa terhadap guru saat mengikuti pelajaran belum maksimal harus ada teguran terlebih dahulu dari guru baru siswa memperhatikan penjelasan guru, aspek keaktifan bertanya dan menyampaikan pendapat yaitu keaktifan siswa dalam bertanya dan menyampai-kan pendapat belum begitu tampak karena yang berani bertanya hanya siswa- siswa tertentu saja begitu juga dalam menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat saat pembelajaran berlangsung hanya siswa - siswa tertentu saja yang berani menjawab atau mengemukakan pendapat siswa yang lainya harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru. Aspek keberanian mempraktekkan salat di depan kelas kurang , karena setiap anak yang disuruh maju mempraktekkan harus membujuk dulu baru mau maju. Dalam mengerjakan soal evaluasi anak cukup tepat waktu, karena sesuai dengan waktu yang ditentukan masih ada beberapa anak yang belum selesai
Berdasarkan hasil observasi dan dilakukan analisis data maka diperoleh data bahwa pada siklus I tingkat aktifitas siswa cukup dengan jumlah skor 14 dari skor maksimal 20 dengan persentase 70%.
3) Aspek bimbingan Walimurid
Aspek bimbingan wali murid dapat dilihat proses pembelajaran agama anak di luar sekolah, hal ini dapat dilihat dari hasil interview dengan walimurid dan pemeriksaan kartu bimbingan salat siswa.
Tabel 5 Hasil Analisis Proses KBM di luar Sekolah siswa Siswa Siklus I
NO ASPEK YANG DIAMATI PROSENTASE
PILIHAN JML %
1 Tempat belajar a. Tidak ada 4 11 %
b. Tempat lain/ rumah guru ngaji 2 5 %
c. Di Masjid/ Musholla 8 22 %
d. Di TPQ/Madin 15 41 %
e. Di rumah sendiri 15 41 %
2 Waktu bimbingan/ belajar a. tidak pernah 3 8 %
b. tidak tentu 6 16 %
c. setiap bulan 0 0 %
d. setiap pekan 6 16 %
e. setiap hari 22 59 %
3 Orang yang membimbing langsung a. tidak ada 3 8 %
b. teman/lain 0 0 %
c. saudara 3 8 %
d. guru ngaji 28 76 %
e orang tua 11 30 %
4 Sikap belajar a. tidak mau 3 8 %
b. terpaksa 2 5 %
c. kurang senag 7 19 %
d. senang 19 51 %
e. sangat senang 6 16 %
5 Perhatian orang tua terhadap anaknya 19 51 %
Sumber : Data Hasil Penelitian 26 Oktober, 02, 09 Nov 2010 ( lampiran)
Dari data di atas dapat diktahui bahwa sebagian besar anak belajar di TPQ/Madin, setiap hari diajar oleh guru ngaji dan merasa senang, namun perhatian orang tua terhadap kemampuan anaknya termasuk kurang , hal ini dapat dilihat dari adanya tanda paraf pada kartu bimbingan salat hanya sekitar 51 % yang diparaf walimurid.
4) Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Hasil belajar siswa siswa meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektih, atau kami rumuskan dalam kemampuan dan kemauan. Kemampuan secara kognitif kami ambil dari hasil tes tulis, kemampuan psikomotorik diambil dari tes praktik dan kemauan diambil dari hasil interview.
a) Kemampuan Salat
Tabel 6. Hasil Tes Siklus I
No Hasil Tes Siklus I Tes Tulis Tes Praktik Rata-Rata
1 Nilai tertinggi 100 99 99,5
2 Nilai terendah 30 36 33
3 Nilai rata – rata kelas 68.89 78.22 72.87
4 KKM 70 85 75
5 Jumlah siswa tidak tuntas 16 15 17
6 Jumlah siswa tuntas 21 22 20
7 Presentasi ketuntasan belajar 57 % 59% 54,05 %
Sumber : Data Hasil Penelitian tanggal 09 November 2010 (Lampiran.)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai tertinggi 99.5 ,nilai terendah 33, nilai rata – rata kelas hanya mencapai 72.87 sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), jumlah siswa yang tuntas belajar 20 siswa atau 54,05 % dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 17 atau 45,95 % ketuntasan belajar klasikal sebesar 75 %. Sedangkan indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal dalam penelitian tindakan kelas ini minimal mencapai 54,05 %.
b) Kemauan Salat
Tabel 4 Hasil Analisis Aspek Kemauan salat siswa Siswa Siklus I
NO ASPEK YANG DIAMATI SKOR
1 2 3 4 JML
1 Jumlah salat fardu yang dilakukan setiap hari 0 2 15 20 37
2 Ketepatan waktu melaksanakan salat salat 0 4 20 13 37
3 Kesadaran dalam melaksanakan salat fardu 0 3 8 26 37
4 Waktu yang diperlukan setiap salat 0 1 17 19 37
Total skor 0 10 63
82
148
Persentase (%) 0% 6,76% 42,57% 55,41% 100,00%
Sumber : Data Hasil Penelitian 26 Oktober, 02, 09 Nov 2010 ( lampiran 19).
Dari hasil penelitian di atas di ketahui bahwa rata-rata kemauan siswa untuk menunaikan salat termasuk cukup. Karena siswa kelas IV yang rata-rata berumur 9 tahun solat setiap hari 4 kali di pertengahan waktu dengan penuh kesadaran namun kekhusyu’annya dinilai masih kurang karena waktu yang diperlukan dalam salat sekitar 4 menit, padahal waktu salat bisa khusyu’ minimal 5 menit
d. Refleksi (Reflecting)
Tahapan setelah pengamatan (observing) adalah refleksi (reflecting), refleksi yang berupa koreksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang ada pada siklus I .Kekurangan siklus I yaitu:
1) Masih banyak siswa yang pasif dalam bertanya maupun menjawab hanya siswa tertentu saja yang aktif yang lain harus ditunjuk terlebih dahulu untuk mengeluarkan pendapatnya
2) Guru kurang maksimal dalam memberikan motifasi dan tugas bimbingan salat di rumah sehingga masih banyak kartu bimbingan yang tidak diparaf walimurid.49% berdasarkan análisis aspek kinerja guru presentasenya mencpai 77,5% masuk kategori baik
3) berdasarkan hasil tes yang dilalukan diakhir siklus pada siklus I siswa yang tuntas belajar baru mencapai 54,05% sehingga belum mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian ini. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu ketuntasan belajar klasikal yang telah ditetapkan yaitu 75 % dengan nilai rata- rata kelas 73,36 dari 37 siswa, oleh karena itu dilaksanakan siklus berikutnya yaitu siklus II.
4) Sebelum pelaksanaan siklus II perlu bagi anak yang belum tuntas , perlu wali muridnya dipanggil, guna meningkatkan efektifas dalam kolaborasi
3. Hasil Penelitian Siklus II
Siklus II dilaksanakan 2 x pertemuan ( 2 x 3 jam pelajaran x 30 menit) yaitu setiap hari Selasa tanggal 16 dan 23 November 2010.
Adapun kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran pada siklus II yang meliputi tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Sebelum melaksanakan pembelajaran pada siklus II peneliti bersama guru merencanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan penelitian yang telah disusun pada metode penelitian, yang meliputi penyususnan RPP, membuat media pembelajaran, penyusunan lembar interview dan lembar observasi kinerja guru dan penyusunan soal evaluasi tulis dan praktik. Penyusunan tes evaluasi tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan teori dan praktik salat. Soal tulis terdiri dari 20 soal isian dan soal praktik berbentuk cek point. Sedangkan untu mengetahui sejauh mana kemauan anak melaksankan salat diambil dari hasil interview
b. Tindakan (Acting)
Pertemuan pertama, tanggal 16 November 2010, peneliti memgulas kembali materi ketentuan salat secara teori dan praktik, dilanjutkan pengecekan kartu bimbingan salat di rumah dan lembar interview untuk diisi di rumah.
Pertemuan kedua, 23 November 2010, uji kompetensi praktik dan tulis, hasilnya disampaikan kepada orang tua/ walimurid .
c. Pengamatan (Observing)
Tahapan pengamatan, peneliti mengamati proses pembelajaran yang berlangsung dengan mencatat temuan-temuan yang ada pada lembar pengamatan yang telah tersedia. Ada empat aspek yang peneliti amati dalam proses pembelajaran Ketentuan salat dengan model bimbingan kolaborasi antara guru dan walimurid yaitu :
1) Aspek kinerja guru Siklus II
2) Aspek keaktifan siswa di sekolah Siklus II
3) Aspek bimbingan Walimurid Siklus II
4) Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
1) Aspek kinerja guru
Tabel 9: Hasil Analisis Aspek Kinerja Guru Siklus II
NO ASPEK YANG DIAMATI SKOR
1 2 3 4
A PRA PEMBELAJARAN
1 Kemampuan Mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai √
2 Kemampuan memberikan apersepsi untuk memotifasi siswa √
3 Kemampuan memyampaikan tujuan dan indikator yang ingin dicapai √
B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
4 Penguasaan materi pembelajaran √
5 Interaksi saat pembelajaran √
6 Penguasaan metode pembelajaran √
7 Pemanfaatan sumber media pembelajaran √
8 Kemampuan pengelolaan kelas √
C PENUTUP
9 Kemampuan guru menyimpulkan materi √
10 Kemampuan guru memberikan tugas dan evaluasi pembelajaran √
Total skor 37
Prosentase 92,5 %
Sumber : Data Hasil Penelitian tanggal 23 November 2010 ( lampiran )
Skor maksimal : 10x4 = 40
% =
%r =
= 92,5 %
Hal yang diamati oleh peneliti terhadap kinerja guru pada pelaksanaan pembelajaran Salat dengan menggunakan metode kolaborasi bimbingan salat antara guru dan walimurid
Pada siklus II adalah berbagai kemampuan guru dalam merencanakan dan melakukan tindakan dalam kelas. Guru dapat mengkodisikan siswa secara menyeluruh sebelum pembelajaran dimulai, dalam menyampaikan apersepsi guru dapat memotivasi siswa walaupun masih ada beberapa anak yang belum termotivasi, dalam menyampaikan tujuan dan indikator guru sudah baik sesuai dengan RPP dan silabus, penguasan materi dapat dikatakan baik hal ini dapat dilihat ketika menjelaskan materi tidak lagi memegang buku serta dapat menjelaskan dengan runtut. Penguasaan metode demonstrasi , sumber dan media pembelajaran serta pengelolaan kelas guru sudah baik namun belum seluruhnya siswa aktif. Diakhir pembelajaran guru memberikan tugas bimbingan salat dengan walimurid di rumah untuk persiapan siswa melaksanakan uji praktik. Berdasarkan tabel diatas kinerja guru tergolong dalam kategori baik dengan jumlah skor 37 dengan persentase 92,5 %.
2) Hasil Pengamatan tentang Keaktifan Siswa Siklus II
Tabel 8 : Hasil Analisis Aspek keaktifan Siswa Siklus II
NO ASPEK YANG DIAMATI SKOR
1 2 3 4
1 Berapa prosen rata-rata kehadiran siswa dalam pelajaran PAI ?
√
2 Bagaimana antusias siswa pada saat proses belajar mengajar ?
√
3 Bagaimana keberanian siswa menyampaikan pertanyaan atau tanggapan √
4 Bagaimana keberanian siswa mempraktekkan salat di depan kelas ? √
5 Bagaimana ketepatan waktu mengerjakan soal evaluasi √
Total skor 19
Persentase (%) 95%
Sumber : Data Hasil Penelitian Siklus II tanggal 23 November 2010 ( lampiran )
Skor maksimal : 5 x 4 = 20
% =
% = =95%
Pada pelaksanaan siklus II, secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan metode bimbingan kolaborasi pada materi Ketentuan Salat sudah berjalan dengan baik. Semua siswa kelas IVA SDN Muktiharjo Kidul 01 hadir dalam pembelajaran Salat pada siklus II. Keaktifan siswa dalam pembelajaran Salat dapat dilihat dari tabel diatas aspek kehadiran pada siklus II seluruh siswa hadir, aspek antusias siswa terhadap guru saat mengikuti pelajaran termasuk baik karena semua siswa memperhatikan dengan seksama atas penjelasan guru, aspek keaktifan bertanya dan menyampaikan pendapat yaitu keaktifan siswa dalam bertanya dan menyampaikan pendapat belum begitu tampak karena yang berani bertanya hanya siswa- siswa tertentu saja begitu juga dalam menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat saat pembelajaran berlangsung hanya siswa - siswa tertentu saja yang berani menjawab atau mengemukakan pendapat siswa yang lainya harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru. Aspek keberanian mempraktekkan salat di depan kelas juga baik , karena setiap anak yang diminta maju mempraktekkan langsung maju bahkan sebagian mengajukan diri untuk mencoba maju mempraktekkan salat di depan kelas. Dalam mengerjakan soal evaluasi anak tepat waktu, karena sesuai dengan waktu yang semua anak sudah selesai
Berdasarkan hasil observasi dan dilakukan analisis data maka diperoleh data bahwa pada siklus II tingkat aktifitas siswa cukup dengan jumlah skor 19 dari skor maksimal 20 dengan persentase 95%.
3) Aspek bimbingan Walimurid pada Siklus II
Aspek bimbingan wali murid dapat dilihat proses pembelajaran agama anak di luar sekolah, hal ini dapat dilihat dari hasil interview dengan walimurid dan pemeriksaan kartu bimbingan salat siswa.
Tabel 10 Hasil Analisis Proses KBM di luar Sekolah siswa Siswa Siklus II
NO ASPEK YANG DIAMATI PROSENTASE
PILIHAN JML %
1 Tempat belajar a. Tidak ada 0 0 %
b. Tempat lain/ rumah guru ngaji 2 5 %
c. Di Masjid/ Musholla 8 22 %
d. Di TPQ/Madin 16 43 %
e. Di rumah sendiri 21 57 %
2 Waktu bimbingan/ belajar a. tidak pernah 0 0 %
b. tidak tentu 0 0 %
c. setiap bulan 0 0 %
d. setiap pekan 11 30 %
e. setiap hari 26 70 %
3 Orang yang membimbing langsung a. tidak ada 0 0 %
b. teman/lain 0 0 %
c. saudara 4 11 %
d. guru ngaji 30 81 %
e orang tua 16 43 %
4 Sikap belajar a. tidak mau 0 0 %
b. terpaksa 1 3 %
c. kurang senag 6 16 %
d. senang 18 49 %
e. sangat senang 12 32 %
5 Perhatian orang tua terhadap anaknya 37 100 %
Sumber : Data Hasil Penelitian 2010 ( lampiran)
Dari data di atas dapat diktahui bahwa sebagian besar anak belajar di rumah sendiri, setiap hari diajar oleh guru ngaji dan merasa senang, perhatian orang tua terhadap kemampuan anaknya sangat baik 100 %. Sebagai bukti kartu bimbingan salat semua siswa telah ditanda tangani oleh orang tua / walimurid
4) Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Hasil belajar siswa siswa meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektih, atau kami rumuskan dalam kemampuan dan kemauan. Kemampuan secara kognitif kami ambil dari hasil tes tulis, kemampuan psikomotorik diambil dari tes praktik dan kemauan diambil dari hasil interview.
a) Kemampuan Salat
Tabel 11. Hasil Tes Siklus II
No Hasil Tes Siklus II Tes Tulis Tes Praktik Rata-Rata
1 Nilai tertinggi 100 100 100
2 Nilai terendah 55 75 67,5
3 Nilai rata – rata kelas 77,5 85 88,73
4 KKM 70 85 75
5 Jumlah siswa tuntas 32 32 31
6 Jumlah siswa tidak tuntas 5 5 6
7 Presentasi ketuntasan belajar 86,5 % 86,5% 84 %
Sumber : Data Hasil Penelitian tanggal 23 November 2010 (Lampiran.)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai tertinggi 100 ,nilai terendah 67,5 , nilai rata – rata kelas hanya mencapai 88,73 sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), jumlah siswa yang tuntas belajar 31 siswa atau 84 % dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 6 atau 16 % ketuntasan belajar klasikal sebesar 75. Sedangkan indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal dalam penelitian tindakan kelas ini minimal mencapai 80 %.
b) Kemauan Salat
Tabel 4 Hasil Analisis Aspek Kemauan salat siswa Siswa Siklus II
NO ASPEK YANG DIAMATI SKOR
1 2 3 4 JML
1 Jumlah salat fardu yang dilakukan setiap hari 2 12 22 1 37
2 Ketepatan waktu melaksanakan salat salat 2 7 18 10 37
3 Kesadaran dalam melaksanakan salat fardu 1 5 14 17 37
4 Waktu yang diperlukan setiap salat 0 4 17 16 37
Total skor 5 28 71 44 148
Persentase (%) 3% 19% 48% 30% 100%
Sumber : Data Hasil Penelitian 26 November 2010 ( lampiran 19).
Dari hasil penelitian di atas di ketahui bahwa rata-rata kemauan siswa untuk menunaikan salat adalah baik. Karena kebanyakan anak salat baru empat kali setiap hari, sedang waktu melakukan salat sebagian besar pada pertengahan waktu, namun kesadaran salat tinggi karena salat tidak perlu lagi disuruh dan rata-rata waktu salat mereka 4 menit, sehingga tidak terjaga kekhusyu’anya
Jadi secara umum kemauan salat siswa kelas IV A baik dan masih perlu ditingkatkan mengingat anak kelas IV yang rata-rata berusia 9 tahun .
d. Refleksi (Reflecting)
Tahapan setelah pengamatan (observing) adalah refleksi (reflecting), refleksi yang berupa koreksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang ada pada siklus II .Kekurangan siklus II yaitu:
1) Masih ada siswa yang pasif dalam bertanya maupun menjawab sebagian besar siswa sudah berani bertanya dan menyampaikan pendapatnya pada saat proses relajar mengajar, yaitu mencapai 95%
2) Kinerja guru juga termasuk baik dengan skor 92,5%, adapun hal-hal yang sih perlu ditingkatkan yaitu dalam hal memberi motivasi siswa, menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif dan penggunaan alat media yang Belem maksimal
3) Peran Orang tua dalam siklus ke-2 sangat significan dengan 100% kartu bimbingan salat telah ditandatangani orang tua, serta semakin banyak siswa yang juga relajar langsung dengan orang tuanya selai relajar dengan guru ngaji
4) Hasil relajar siswa dalam siklus II juga baik, hal ini dapat dilihat dari hasil tes tertulis dan praktek. Hasil tes tertulis diketahui rata-rata kelas 77,5 dan ketuntasan siswa 32 siswa dari 37 siswa atau 86,5% dengan KKM 70. Hasil Tes praktik rata-rata 85 dan ketuntasan juga mencapai 86,5% dengan KKM 85. Namur ketika digabungkan praktik dan tulis rata-rata 88,73 dan siswa yang tuntas mencapai 31 siswa atau 84% dengan KKM 80. Kemauan siswa untuk melaksanakan salat sudah cukup baik, yaitu rata-rata mereka salat 4 kali setiap hari dengan penuh kesadaran
5) Setelah penelitian ini siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran salatnya perlu diperhatikan dan ditingkatkan sampai kelas V atau umur 10 tahun, agar semua siswa setelah berumur 10 tahun sudah mampu dan mau salat secara penuh 5 waktu dengan benar
B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas (PTK) dalam upaya meningkatkan kemampuan dan kemauan salat siswa kelas IV SDN Muktiharjo Kidul 01 dengan model bimbingan kolaborasi antara guru dan walimurid secara konsisten pada semester I tahun pelajaran 2010/2011 dilakukan dalan 2 siklus meliputi 4 (empat) aspek yaitu :
1. Kinerja guru
2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
3. Peran Orangtua/ walimurid
4. Hasil belajar siswa dalam bentuk kemampuan dan kemauan salat
1. Kinerja Guru dan Keaktifan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam observasi kinerja guru dan keaktifan siswa peneliti dibantu oleh Achmad Muthohar,A.Ma selaku walikelas IV A yang mengamati kinerja guru pada siklus I dan Keaktifan siswa pada siklus II dan Drs. Syamsul Bakhri, yaitu guru PAI yang mengajar kelas I sampai III mengamati keaktifan siswa pada siklua I dan kinerja guru pada siklus II.
Dari hasil observasi mereka dapat diketahui Kinerja guru pada siklus I guru tergolong dalam kategori baik dengan jumlah skor 31 dengan persentase 77,5 %. Pada siklus II mengalami peningkatan 15%, yaitu dengan jumlah 37 atau 92,5%. Untuk memperjelas bahasan peningkatan kinerja guru dapat kita lihat perbandingan hasil observasi pada siklus I dan siklus II di bawah ini :
NO ASPEK YANG DIAMATI SKOR SIKLUS I SKOR SIKLUS I
1 2 3 4 1 2 3 4
A PRA PEMBELAJARAN
1 Kemampuan Mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai √ √
2 Kemampuan memberikan apersepsi untuk memotifasi siswa √ √
3 Kemampuan memyampaikan tujuan dan indikator yang ingin dicapai √ √
B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
4 Penguasaan materi pembelajaran √ √
5 Interaksi saat pembelajaran √ √
6 Penguasaan metode pembelajaran √ √
7 Pemanfaatan sumber media pembelajaran √ √
8 Kemampuan pengelolaan kelas √ √
C PENUTUP
9 Kemampuan guru menyimpulkan materi √ √
10 Kemampuan guru memberikan tugas dan evaluasi pembelajaran √ √
Total skor 31 37
Prosentase 77,5 % 92,5 %
Sedangkan keaktifan siswa pada siklus I termasuk cukup dengan skor 14 atau 70%, mengalami peningkatan mencapai 25 % pada siklus II dengan skor 19 atau 95%.
Tabel 3 : Hasil Analisis Aspek keaktifan Siswa Siklus I dan siklus II
NO ASPEK YANG DIAMATI SKOR SIKLUS I SKOR SIKLUS II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Berapa prosen rata-rata kehadiran siswa dalam pelajaran PAI ? √
√
2 Bagaimana antusias siswa pada saat proses belajar mengajar ? √
√
3 Bagaimana keberanian siswa menyampaikan pertanyaan atau tanggapan √ √
4 Bagaimana keberanian siswa mempraktekkan salat di depan kelas ? √ √
5 Bagaimana ketepatan waktu mengerjakan soal evaluasi √ √
Total skor 14 19
Persentase (%) 70% 95%
Sumber : Data Hasil Penelitian Keaktifan siswa pada Siklus I dan siklus II
Setelah anak-anak memberi salam, guru mengkondisikan siswa dulu sebelum pelajaran dimulai pada pembelajaran siklus I cukup baik, namun masih terdapat beberapa siswa yang pada waktu berdoa masih ada anak yang masih mencari buku sehingga doa mulai belajar kurang tenang. Pada siklus II sebelum do’a dimulai anak-anak diminta menyiapkan buku dan alat tulis dulu di atas meja, sehinga pada saat berdoa anak dapat berdoa dengan tenang.
Selesai berdoa, guru mengecek kehadiran siswa dan semua siswa tidak ada yang absen baik pada siklus I maupun siklus II. Sebelum pelajaran dimulai, guru menanyakan kepada beberapa siswa secara acak tentang pengetahuan salat yang pernah diterimanya dari kelas II dan kelas III, sebagian besar tidak dapat menjawab. Kemudian guru membagi soal penjajagan dengan 20 soal isian dengan materi soal kelas II dan III untuk dikerjakan selama 15 menit. Sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan pekerjaan anak dikumpulkan ternyata masih banyak yang belum selesai. Ini disebabkan anak tidak ada persiapan sehingga banyak pelajaran yang pernah diterimanya lupa. Pada pertemuan- pertemuan berikutnya pada siklus I secara umum dapat dikatakan cukup. Pada siklus II appersepsi yang dilakukan mengalami peningkatan sehingga setiap anak yang ditanya pelajaran yang lalu sudah banyak anak yang dapat menjawabnya dengan tepat karena sebelum disampaikan pertanyaan guru memberi mengatkan kembali pelajaran yang lalu dan motivasi dulu tentang pentingnya solat bagi orang Islam serta menyampaikan tujuan pembelajaran dan indikatornya yang akan dilakukan baru menerangkan pelajaran .
Ketika menjelaskan pelajaran pada siklus I nampaknya guru kurang siap sehingga sesekali mesih melihat buku namun ketika mengajarkan praktik salat guru cukup menguasai . Siswa kurang terkontrol sehingga masih ada siswa yang tidak memperhatikan guru, bahkan masih banyak yang bicara sendiri . ketika diberi kesempatan bertanya tidak ada yang mau bertanya dan ketika ditanya tidak langsung menjawab bahkan melemparkan pada teman yang lain apa lagi ketika disuruh mencoba mempraktikkan salat di depan kelas tidak ada yang mau maju sehingga guru harus membujuknyu dulu baru ada sebagian yang mau maju. Ini sangat berbeda pada proses pembelajaran siklus II. Guru sudah menguasai materi dengan mantap karena semua sudah dipersiapkan dengan matang, hanya msih ada yang perlu diadakan penyempunaan lagi yaitu agar ketika member appersepsi tidak terlalu bertele tele, dalam menjelaskan perlu diberi joke-joke sehingga suasana tidak terlalu tegang , media yang sudah dipersiapkan kurang dimanfatkan klarena terfokus pada memberi contoh gerakan secara langsung, ini perlu sesekali ditunjukkan gerakan salat dalam gambar. Kondisi siswa lebih tertib dan teratur anak sudah berani bertanya dan menyampaikan pendapat namun masih ada beberapa anak yang belum berani bertanya atau menjawab pertanyaan, namun ketika ditunjuk untuk maju mempraktikkan salat langsung maju dengan tenang, bahkan ada yang mengajukan diri untuk mempraktikkan salat di depan kelas karena mereka sudah merasa mampu. Ketika mengerjakan soal ulanganpun semua tepat waktu sesuai yang telah ditentukan yaitu 15 menit mengerjakan 20 soal isian.
Ini semua tidak lepas dari pengaruh bimbingan yang dilakukan orang tua di rumah setelah adanya konsultasi walimurid dengan orang tua pada akhir siklus I
2) Peran Orangtua / Walimurid dalam Proses Belajar Mengajar.
Orangtua merupakan orang yang pertama dan paling utama dalam dalam pendidikan anak. Intensitas pertemuan anak dengan orang tua seharusnya lebih banyak dibanding dengan gurunya di sekolah yang kurang lebih hanya 6 jam setiap hari sekolah. Sedangkan diluar sekolah menjadi tanggung jawab orang tua. Namun yang terjadi pada anak pada umumnya lebih taat pada gurunya dari pada orang tuanya sendiri. Ini karena yang ada pada benak anak yang paling utama adalah mendapat nilai raport yang baik. Sedang guru tidak dapat menjangkau seluruh kehidupan anak, oleh karena itu mutlak diperlukan adanya sinergi antara guru di sekolah dan orang tua wali murid.
Dari hasil interview dan penelitian dapat diketahui proses pembelajaran diluar sekolah dan peran orang tua. Perubahan-perubahan positif yang terjadi tidak lepas dari adanya konsultasi orang dengan guru PAI yang dilakukan pada tanggal 13 November 2010. Dari 17 undangan yang dibagikan pada anak yang tidak tuntas pada siklus I, yang hadir 10 orang , 7 orang yang tidak dapat datang karena pembagian undangan yang dinilai mepet sehingga banyak yang sudah memiliki jadwal kegiatan sendiri. Dari 10 orang yang hadir hanya 1 orang bapak yang datang, 8 orang ibu dan 1 orang saudaranya. Ini disebabkan karena seorang ibu rumah tangga yang lebih banyak waktunya di bandingkan dengan ayah yang banyak kegiatan keluar dan kalau ibu sorang karir juga sangat susah untuk membagi waktu karena banyak kegiatan yang telah terjadwal. Sedangkan siswa lain yang sudah tuntas rata-rata pertatian orang tuanya cukup sehingga kartu bimbingan salat sudah benar-benar dicek oleh orang tuanya.
Tabel 10 Hasil Analisis Proses KBM di luar Sekolah dan peran Orangtua
No YANG DI AMATI PILIHAN SIKLUS I SIKLUS II
JML % JML %
1 Tempat belajar a. Tidak ada 4 11 % 0 0 %
b. Tempat lain/ rumah guru ngaji 2 5 % 2 5 %
c. Di Masjid/ Musholla 8 22 % 8 22 %
d. Di TPQ/Madin 15 41 % 16 43 %
e. Di rumah sendiri 15 41 % 21 57 %
2 Waktu bimbingan
/ belajar a. tidak pernah 3 8 % 0 0 %
b. tidak tentu 6 16 % 0 0 %
c. setiap bulan 0 0 % 0 0 %
d. setiap pekan 6 16 % 11 30 %
e. setiap hari 22 59 % 26 70 %
3 Orang yang
Membimbing
langsung a. tidak ada 3 8 % 0 0 %
b. teman/lain 0 0 % 0 0 %
c. saudara 3 8 % 4 11 %
d. guru ngaji 28 76 % 30 81 %
e orang tua 11 30 % 16 43 %
4 Sikap belajar a. tidak mau 3 8 % 0 0 %
b. terpaksa 2 5 % 1 3 %
c. kurang senag 7 19 % 6 16 %
d. senang 19 51 % 18 49 %
e. sangat senang 6 16 % 12 32 %
5 Perhatian orang tua terhadap anaknya 19 51 % 37 100 %
Sumber : Data Hasil Penelitian siklus I dan siklus II
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar anak-anak belajar agama Islam di TPQ atau Madin dan di rumahnya sendiri, pada umumnya untuk anak kelas ekonomi menegah kebawah banyak memilih TPQ karena biayanya murah dan pembelajaran terstruktur dengan standar yang jelas termasuk waktunya, sedangkan sebagian anak orang yang ekonominya menengah ke atas lebih memilih belajar di rumah dengan mengundang guru ngaji, mereka tidak lagi memikirkan biaya, yang dipikirkan bagaimana anak-anaknya dapat mengikuti berbagai les juga ngajinya tak ketinggalan, sebagian lagi ada yang mengaji di masjid atau musala setelah salat magrib dan ada pula yang belajar ngaji dengan cara dating di rumah ustaz/guru ngaji. Pada siklus I masih terdapat 4 anak yang tidak mengaji karena memang perhatian orang tua yang kurang terhadap keagamaan anaknya, karena memang berasal dari keluarga yang awam agamanya, namun ada pula yang sudah belajar di TPQ masih ngaji lagi di rumah dengan guru ngaji, yang demikian ini di TPQ selain meuntuk mengaji juga untruk melatih berinteraksi dengan temannya atau bisa dikatakan untu mencari teman
Sebagian besar mereka mengaji setiap hari di TPQ atau yang mengaji dengan orang tuanga langsung, yang mengaji di rumah dengan guru ngaji rata-rata sepekan 2 kali, namun umumnya yang mengaji les di rumah jarang diajarkan salat, mereka hanya terfokus pada latihan membaca Al Qur’an. Sedangkan yang di TPQ pelajaran salat telah terjadwal. Dalam mengaji umumnya yang mengajari langsung adalah guru ngaji, sebagian kecil ada juga yang mengaji langsung dengan orangtuanya
Pada umumnya orang tua percaya begitu saja kepada anaknya, yang penting melihat anaknya suda mengaji atau anaknya sudah salat di masjid, namun jarang sekali yang mengetahui secara detail kemampuan salat anaknya, atau kadang anaknya malu diajari orang tuanya. Hal ini terlihat kartu bimbingan salat pada siklus I yang cek oleh orang tuanya hanya 51%. Dengan konsultasi, guru memberi pemahaman kepada orang tua pentingya mengetahui secara langsung kemampuan salat anaknya karena pada dasarnya orang tualah yang paling utama dan pertama bertanggung jawab dalam pendidikan anaknya. Sehingga mereka sadar akan kewajibannya kemudian apabila anaknya dirasa kurang , maka dengan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mengajari anaknya, bila tidak bisa mereka akan cancut tali wondo kalau perlu mengundang guru ngaji di rumahnya agar anaknya dapat salat dengan benar. Ini terlihat pada siklus II kartu bimbingan salat semua telah di paraf oleh orang tuanya (100%). Namun masih ada yang belum hafal bacaan salat walaupun sudah diparaf orang tuanya. Ini dimungkinkan orangtua asal paraf tidak mengecek lagi. Bila ada yang belum hafal adanya konsultasi orang tua dengan guru, terjadi perubahan yang singat signifikan yaitu perbaikannya mencapai 49% siklus II dibanding siklus I
3) Hasil Belajar dan Korelasinya dengan Tingkat Partisipasi Orang tua
Hasil belajar sebagaimana telah dikemukakan di muka adalah perubahan tingkah laku kognitif, psikomototik, maupun afektif. Dalam penelitian ini hasilbelajar dirumuskan sebagi kemampuan dan kemauan salat. Kemampuan meluputi aspek kognitif dan dan psikomotorik . Adapun kemauan masuk dalam katagori afektif seuh mana kemajuan ketiga aspek hasil belajar dapat dilihat dalam analisis di bawah ini :
Tabel Data Rata-Rata Prestasi Siswa klasikal
No. Nilai Tes Tulis Tes Praktik Kemauan
Pra Siklus Siklus I Siklus II Perbaikan Siklus I Siklus II Perbaikan Siklus I Siklus II Perbaikan
1 Nilai Tertinggi 93 100 100 99 100 100 100
2 Nilai Ter Rendah 20 30 55 36 75 69 69
3 Rata-Rata 57 69 83 12/14 78 94 16 76 78 2
4 KKM 70 70 70 85 85 80 80
5 Tuntas (%) 35 57 86 22/29 62 86 24 62 89 27
6 Tidak Tuntas (%) 65 43 14 38 14 38 11
Hasil belajar pada tabel di atas dapat diketahui bahwa perbandingan antara siklus I dan siklus II semuanya mengalami perbaikan, yaitu hasil tes tertulis mengalami kenaikan dari pra siklus atau penjajagan ke siklus I rata-rata kelas mengalami kenaikan 12 dibanding dengan siklus II mengalami kenaikan 12 sehingga bila dijumlah semua mengalami kenaikan rata-rata kelas 26. berdasarkan nilai ketuntasan dengan KKM 70, pra siklus ke siklus I mengalami kenaikan 22% dan ke siklus II mengalami kenaikan lagi 29% sehingga semuanya mengalami kenaikan 51%. Ketuntasan nilai prasiklus dengan soal materi salat kelas II dan III sangat rendah karena anak tidak diberi persiapan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas sebenarnya pembelajaran salat dari kelas 2 sampai kelas tiga yang tidak melibatkan orang tua secara langsung dalam pembelajaran ternyata ketuntasannya hanya 35 % sehingga bisa dikatakan sangat kurang, karena intensitas pertemuan antara guru dan siswa disekolah hanya sekitar 6 jam setiaphari dengan masuk pukul 07.00 dan pulang pukul 13.00, sedangkan masa aktif siswa adalah 24 jam dikurangi masa istirahat sekitar 8 jam tiap hari sehingga berjumlah 16 jam. Sehingga yang menjadi tanggung jawab orang tua 16 – 6 = 10 jam setiap hari. Hasil belajar ini bila dikorelasikan dengan intensitas pertemuan guru dan murid disekolah :
Apabila dikorelasikan dengan tingkat ketuntasan, maka hasilnya :
37% - 35 % = 2%
Sedangkan pada siklus I sudah melibatkan orang tua dengan adanya kartu bimbingan salat, hasilnya dapat diketahui nilai ketuntasan tes tertulis 57%, tes praktik 62% dan analisis kemauan siswa 62 % sehingga bila dirata-rata 60,33 % . Hasil ini dinilai cukup dan belum maksimal, karena kerjasama melalui bimbingan dengan perantaraan kartu bimbingan saja sebagian orang tua masih ada yang acuh tak acuh hal ini dapat dilihat dari prosentase kartu yang paraf orang tua pada siklus I hanya 51 % dan setelah di cek semua yang telah diparaf semua siswa sudah hafal sesuai dengan arahan sewal pertama kali kartu dibagikan
Hasil ini bila kita korelasikan dengan intensitas pertemuan guru dan murid ditambah hasil bimbingan siswa pada siklus I di kali jumlah jam aktifitas siswa yang menjadi tanggung jawab orang tua maka akan diperoleh hasil :
= { Σ jam sekolah + (Σ jam aktifitas di rumah x prosentase bimbingan)} x 100 %
Σ jam efektif aktifitas anak
= { 6 + (10 x 51%)} x 100 %
16
= 6 + 5,1 x 100 %
16
= 11,1 x 100 %
16
= 0,69375 x 100 % = 69,375 %
nilai korelasinya adalah : 69,375 % - 60, 33 % = 9, 045 %
Pada siklus II tingkat partisipasi orang tua mencapai 100 % dilihat dari kartu yang diparaf orang tua setelah adanya undangan konsultasi orang tua dengan guru. Namun setelah di cek ada 4 anak yang sudah diparaf orang tua tapi belum hafal kemungkinan orang tua asal paraf tanpa mengecek dulu kemampuan putranya. Namun bila dilihat dari kehadiran undangan konsultasi ada 7 walimurid yang tidak dating. Oleh karena untuk menentukan tingkat partisipasi orang tua, peneliti mengambil jalan tengah dengan mengabungkan dua kasus tersebut sehingga diperoleh besaran
100% - ( 4 anak + 7 orang tua yang tidak menghadiri undangan : 2) : Σ walimurid kelas IV A x 100%
= 100% - ((11 : 2 = 5,5 dibulatkan 6 : 37) x 100% )
= 100% - (0,1622 x 100 % = 16,22% )
= 87,78%
Adapun hasil belajar yang dicapai berdasarkan nilai ketuntasan klasikal adalah : nilai tulis 86 %, nilai praktik 86% dan nilai kemauan 89 % sehingga jika dirata-rata 87 %
= { Σ jam sekolah + (Σ jam aktifitas di rumah x prosentase bimbingan)} x 100 %
Σ jam efektif aktifitas anak
= { 6 + (10 x 87,78 %)} x 100 %
16
= 6 + 8,78 x 100 %
16
= 14,78 x 100 %
16
= 0,92375 x 100 % = 92,375 %
nilai korelasinya adalah : 92,375 % - 87 % = 5, 045 %
Dari ketiga nilai korelasi di atas diperoleh rata-rata nilai korelasi ( 2% + 9,045 + 5,045 %) : 3 = 5,53 %
Uji Korelasi antara kolaborasi bimbingan dan prosentase ketuntasan hasil belajar
Korelasi untuk sampel dinotasikan dengan r sedangkan untuk populasi dinotasikan ρ (baca rho). Uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel yang tidak menunjukkan hubungan fungsional (berhubungan bukan berarti disebabkan) Nugroho (2005:35). Uji korelasi tidak membedakan jenis variabel apakah variabel dependen maupun independen.
a. Koefisien Korelasi
Korelasi dinyatakan dalam % keeratan hubungan antar variabel yang dinamakan dengan koefisien korelasi, yang menunjukkan derajad keeratan hubungan antara dua variabel dan arah hubungannya (+ atau -).
b. Batas-Batas Koefisien Korelasi
Menurut Umar (2002:314) nilai koefisien korelasi berkisar antara –1 sampai +1, yang kriteria pemanfaatannya dijelaskan sebagai berikut:
1. Jika, nilai r > 0, artinya telah terjadi hubungan yang linier positif, yaitu makin besar nilai variabel X makin besar pula nilai variabel Y atau makin kecil nilai variabel X makin kecil pula nilai variabel Y.
2. Jika, nilai r < 0, artinya telah terjadi hubungan yang linier negatif, yaitu makin besar nilai variabel X makin kecil nilai variabel Y atau makin kecil nilai variabel X maka makin besar pula nilai variabel Y .
3. Jika, nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara variabel X dan variabel Y.
4. Jika, nilai r =1 atau r = -1, maka dapat dikatakan telah terjadi hubungan linier sempurna, berupa garis lurus, sedangkan untuk r yang makin mengarah ke angka 0 (nol) maka garis makin tidak lurus.
Untuk menguji tingkat korelasi antara kolaborasi guru dan walimurid dengan ketuntasan hasil belajar menggunakan Korelasi Pearson (product moment) Menurut Djarwanto (1996:172) koefisien korelasi diformulasikan, sebagai berikut :
Keterangan:
r : Koefisien korelasi yang dicari
Σxy : Jumlah perkalian variabel x dan y
Σx : Jumlah nilai variabel x , nilai kolaborasi bimbingan antara guru dan walimurid
Σy : Jumlah nilai variabel y , prosentasi ketuntasan hasil belajar
Σx2 : Jumlah pangkat dua nilai variabel x
Σy2 : Jumlah pangkat dua nilai variabel y
n : Banyaknya siklus
Kriteria untuk menyatakan bahwa korelasi kedua variabel adalah signifikan bila nilai r hitung ≥ r tabel. Product moment
Ditanya : Bagaimana hubungan antara ketuntasan hasil belajar dan tingkkat kolaborasi antara guru dan walimurid ?
Penyelesaian :
Hipotesis :
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ketuntasan hasil belajar dengan tingkat kolaborasi guru dan walimurid
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara ketuntasan hasil belajar dengan tingkat kolaborasi guru dan walimurid
Yang diteliti
n Kolaborasi (% )x Ketuntasan (%) y xy x2 y2
1 ( Pra siklus) 37,50 35,00 1312,50 1406,25 1225,00
2 ( Siklus I ) 69,38 60,33 4185,39 4812,89 3639,71
3 ( Siklus II ) 92,38 87,00 8036,63 8533,14 7569,00
Jumlah 199,25 182,33 13534,52 14752,28 12433,71
Kriteria pengujian :
Bila nilai rhitung≥ rtabel maka Ho ditolak dan bila nilai rhitung < rtabel maka Ho diterima
Dari tabel di atas dapat dihitung nilai rxy , dengan rumus standar deviasi sbb :
Kesimpulan :
Karena nilai rhitung 0,158 > dari nilai rtabel = 0,632 (α =5% dengan n=3 ), maka disimpulkan Ho ditolak, artinya “Terdapat korelasi yang signifikan antara kolaborasi guru dan walimurid dengan tingkat ketuntasan hasil belajar siswa.
Sehingga bisa dikatakan bahwa peran orang tua di rumah sangat menentukan hasil belajar anak di sekolah, sehingga bimbingan belajar model kolaborasi antara guru dan walimurid terbukti mampu meningkatkan kemampuan dan kemauan salat siswa kelas IVA SDN Muktiharjo Kidul 01 tahun 2010/2011 semester I
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Sebelum diterapkannya diterapkan bimbingan dengan kolaborasi antara guru dan walimurid secara konsisten diperoleh hasil tes tertulis nilai tertinggi 93,33, nilai terendah 20 dan rata-rata 52,43 ,dengan KKM 70 angka ketuntasan klasikal hanya 35,14 % dari 37 siswa muslim. Pada siklus I setelah diadakan penelitian tindakan kelas dengan penerapan bimbingan dengan kolaborasi antara guru dan walimurid secara konsisten diperoleh nilai komulasi tulis dan praktik rata-rata 76,56 dengan persentase ketuntasan klasikal 62,30 %. Dengan tingkat kolaborasi 69,38%. Pada siklus I nilai rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal sudah meningkat, tetapi persentase ketuntasan klasikal belum mencapai indikator keberhasilan. Siswa yang belum tuntas orang tuanya dipanggil untuk konsultasi tentang prestasi pembelajaran salat anaknya.
Selanjutnya diadakan siklus II dan diperoleh data yaitu hasil belajar siswa, nilai rata-rata komulasi tertulis dan praktik adalah 86,98 dengan ketuntasan klasikal mencapai 89,19 %. Pada siklus II terjadi peningkatan dan sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu nilai rata – rata kelas 70 dengan ketuntasan belajar klasikal 80 % dengan tingkat kolaborasi 92,38%
Simpulan dari hasil penelitian tindakan kelas ini adalah terbukti penerapan Kolaborasi bimbingan antara guru dan walimurid secara konsisten dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan salat anak kelas IV SDN Muktiharjo Kidul01 Pedurungan Semarang semester I tahun 2010/2011
B. Saran
1. Anak lebih percaya pada gurunya dari pada orangtuanya, sehingga apa kata gurunya cenderung untuk diikuti perintahnya, disisi lain intensitas pertemuan anak dengan gurunya sangat terbatas sehingga tidak dapat mengawasi muridnya sampai di rumah. Disislain intensitas orangtua lebih banyak dibanding gurunya, oleh karena itu guru dan walimurid berlu berkolaborasi dalam pembelajaran apapun.
2. Kolaborasi ini merupakan jalinan silaturrahim antara guru dan walimurid untuk saling bersinergi dalam mendidik anak-anaknya yang harus dilestarikan sampai kapanpun
3. Ketegasan sikap sangat diperlukan dalam menanamkan pembiasaan salat anak-anak sehingga anak menyadari bahwa salat merupakan tiang agama yang tak dapat digantikan dengan apapun dan siapapun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar